Site icon Gilabola.com

Rahasia Erling Haaland Jadi Mesin Gol Manchester City, Mulai dari Cristiano Ronaldo Hingga Disiplin Soal Gadget

Rahasia Erling Haaland Jadi Mesin Gol Manchester City Terungkap

Gila Bola – Erling Haaland ternyata punya penampilan yang sangat berbeda sebelum ia naik daun sebagai mesin gol Manchester City saat ini, bahkan jauh dari saat ia mulai terkenal di Borussia Dortmund.

Dengan potongan rambut yang pendek, Erling Haaland ketika itu bertubuh ‘kurus kering’. Satu hal penting lainnya, ketika itu, striker 22 tahun tersebut TIDAK BISA mencetak gol untuk tim yang dibelanya di Norwegia.

Kini, semua orang tahu, bintang Manchester City berpostur 1,94 meter itu merupakan predator yang paling mematikan di dunia sepak bola. Haaland bahkan berhasil memecahkan rekor gol di Liga Premier saat kompetisi musim ini tersisa tujuh pertandingan lagi.

Dengan rambut pirang yang tergerai di bahunya, Haaland menjebol gawang Arsenal di masa injury tengah pekan ini, dan membuatnya bukukan 33 gol di Liga Premier. Secara keseluruhan, dia mencetak gol 49 kali selama musim debutnya di Inggris.

Di Twitter, mantan presenter Five Live Peter Allen memberi label kepada Manchester City sebagai ‘tim raksasa bertenaga petrodolar yang digerakkan monster gol asal Nordic yang bisa kalahkan semua lawan dengan mudah’.

Namun, bahkan mereka yang tak menjadi fans-nya Manchester City bisa selalu memuji permainan Erling Haaland – terutama saat ia mencetak gol-gol indahnya, hingga striker 22 tahun itu berhasil mengubah image-nya dari seorang bocah kurus kering menjadi seorang perampok Viking.

Berikut ini jurnalis SunSport, Grant Rollings, ungkapkan rahasia bagaimana Haaland bisa berubah menjadi mesin gol City saat ini:

‘Ramuan Ajaib’ Erling Haaland dan Inspirasi Cristiano Ronaldo

Sulit membayangkan penampilan Haaland saat ia masih kecil, karena perawakannya yang kecil dan kurus. Selama beberapa tahun dia bekerja keras untuk menambah tinggi dan berat badannya, hingga ia berpostur 1,94 meter seperti sekarang.

Resepnya, dia menyantap lasagna buatan ayahnya setiap kali sebelum lakoni laga kandang, melahap jantung dan hati sapi, lalu minum susu yang dicampur dengan kangkung – yang disebutnya sebagai ‘ramuan ajaibku’, guna mempertahankan diet enam ribu kalori per hari.

Haaland juga mendatangkan sendiri koki khusus, yang memasak hidangan makan siang yang terinspirasi dari Cristiano Ronaldo – ikan dan sayuran rebus.

Perkembangan pemain muda ini dihadang pertumbuhannya yang pesat, yang berarti dia akan menjadi rentan cedera.

Guna mengatasi hal itu, Haaland mendirikan bilik cryotherapy – sebuah terapi dengan menggunakan suhu dingin yang sangat ekstrim untuk menghancurkan sel kanker, senilai 50 ribu Poundsterling di rumahnya di Cheshire, dan rajin mandi air es.

Dia juga menghabiskan waktunya berjam-jam di gym setiap hari untuk membentuk perut six pack-nya, hingga ia kemudian dijuluki Si Terminator. Hasilnya, ia mampu bertahan bahkan menjatuhkan pemain lawan yang kuat, saat mereka berusaha menjegalnya.

Pelatih Manchester City, Pep Guardiola, bahkan memanggil Haaland – yang lahir di Leeds, West Yorkshire, Inggris, itu dengan sebuah ‘mesin’. Bahkan hampir dua juta suporter tim rival pernah membuat petisi yang mendesak Haaland agar dideportasi karena dia adalah ‘sebuah robot’.

Erling Haaland Berbeda dari Jack Grealish

Erling Haaland sangat berbeda dengan rekrutan termahal City, yakni penyerang Inggris Jack Grealish.

Sementara Jack kerap terlihat kongkow-kongkow dengan rekan-rekannya maupun sang pacar, pemain internasional Norwegia ini malah tak banyak menonjolkan dirinya bersama sang kekasih yang masih berusia 19 tahun, Isabel Haugseng Johansen.

Saat kembali ke kawasan Skandinavia sekitar dua tahun lalu, Haaland jatuh cinta pada Isabel, yang seperti dirinya, juga menjadi bagian dari akademi sepak bola Bryne FK.

Erling Haaland bukan pesepak bola papan atas yang gemar berpesta atau banyak cakap tentang kinerjanya, karena Haaland lebih suka berbicara di lapangan.

Hal ini bahkan diakui bekas pelatihnya, Alf Ingve Berntsen, beberapa waktu lalu. “Negara kami punya banyak petani, yang gemar bekerja keras dan tak banyak bicara. Jadi secara genetika, kami lebih suka bekerja dibandingkan banyak bicara. Jadi Erling memang tipe pribadi orang-orang di negara kami,” tandas Berntsen.

Meski demikian, Haaland berpikir dia bisa beradaptasi dengan rekan-rekannya di Liga Premier. “Ayah saya habiskan 10 tahun di Inggris, jadi dia telah membawa saya tahu sedikit kehidupan di Inggris,” ujar Haaland.

Erling Haaland Percaya Diri akan Jadi Superstar

Walaupun Haaland benar-benar mahir bermain cepat dan trampil, sedikit orang di kampung halamannya yang berpikir bahwa dia akan menjadi superstar – termasuk dari pemain itu sendiri.

Hal itu diungkapkan salah seorang teman sekelasnya, Robert Undheim, yang sempat menggantikannya saat Haaland – ketika itu masih 15 tahun, memulai debutnya di Bryne pada tahun 2016.

“Di sekolah dia bilang dia akan menjadi yang terbaik di dunia sepak bola. Orang-orang kemudian mengolok-oloknya, tapi dia serius tentang hal itu, 100 persen,” ungkap Undheim.

Siapa sangka hal itu akhirnya menjadi kenyataan, karena Haaland kecil TIDAK PERNAH mencetak gol dalam 16 pertandingan pertama yang dilakoninya untuk Bryne.

Bakat Bintang Manchester City Itu Ditemukan Solskjaer

Hingga akhirnya, kecepatan permainannya di lapangan telah menarik perhatian legenda Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, saat ia masih mengasuh klub Norwegia, Molde.

Solskjaer-lah yang melihat potensi besar dalam diri Haaland, hingga ia kemudian merekrutnya saat pemain itu masih berusia 16 tahun, dan mengajarinya bagaimana menyundul bola.

Haaland kemudian pindah ke klub Austria, RB Salzburg, pada tahun 2019. Setahun kemudian, Haaland melebar sayapnya ke Bundesliga dan gabung Borussia Dortmund, sebelum akhirnya membela Manchester City musim panas lalu.

Ladang dan Sepak Bola

Haaland semula bukanlah pemain papan atas. Dia lahir di West Yorkshire saat ayahnya, Alfie, bermain untuk Leeds United di divisi utama Inggris.

Saat usianya masih tiga tahun, Haaland pindah ke Bryne di Norwegia, di mana keluarga Haaland berasal. Di lingkungan petani, pada musim panas Haaland biasa membantu paman buyutnya yang juga mantan pemain internasional Norwegia, Gabriel Hoyland, mengurus babi dan panen kentang.

Meski demikian, Haaland terus terpacu untuk berkembang dan bertekad untuk menjadi lebih baik dari sang ayah yang juga pemain sepak bola – dan juga pernah membela City di tahun 2000 – 2003.

Erling Haaland Disiplin Soal Gadget

Erling Haaland juga menjadi atlet yang berdedikasi pada tren mengikuti pola tidur alami tubuh, atau yang dikenal sebagai siklus sirkadian. “Hal pertama yang saya lakukan pada pagi hari, saya harus mendapatkan sinar matahari di kedua mata saya, karena ini bagus untuk ritme sirkadian,” ungkapnya.

Haaland bahkan tak akan menyentuh ponsel atau perangkat elektronik lainnya dua jam sebelum waktu tidurnya, dan pada malam hari dia menyaring cahaya biru dari layar digital dengan kacamata khusus.

“Saya melihat ini menjadi kunci dalam mengembangkan penampilan, bahkan walaupun itu hanya beberapa persen saja. Ini soal mentalitas,” ujar Haaland.

Exit mobile version