PSSI bekerja keras agar bisa menghindari sanksi FIFA terutama karena berkaitan dengan status mereka sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2023 mendatang.
Induk sepak bola Indonesia PSSI langsung bekerja keras tidak hanya dalam usaha untuk menyelesaikan masalah dalam tragedi di Kanjuruhan Malang, tapi juga bagaimana agar Indonesia tidak mendapatkan sanksi dari FIFA.
Perlu diketahui bahwa, sebagaimana yang kami beritakan sebelumnya di sini, bahwa keributan di Stadion Kanjuruhan Malang telah menjadi tragedi yang membuat ratusan korban jiwa melayang usai pertandingan antara Arema FC vs Persebaya Surabaya.
Laga itu berakhir dengan skor 2-3 bagi kemenangan tim tamu dan laporan menyebutkan bahwa suporter tuan rumah merasa tidak senang dengan kekalahan tim kesayangan mereka di kandang sendiri dari rival bebuyutan, dan itu akhirnya membuat polisi harus menyemprotkan gas air mata untuk membubarkan massa.
Namun laporan juga menyebutkan bahwa semprotan itu tidak hanya mengarah ke arah para suporter yang masuk ke atas lapangan, tapi juga ke arah tribun yang menimbulkan kepanikan dan akhirnya para penonton pada berebut dan berdesak-desakan untuk bisa keluar dari stadion.
Akibat dari kericuhan yang menyebabkan ratusan jiwa melayang tersebut, sekarang Indonesia tengah mengkhawatirkan status mereka sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2023 mendatang dan PSSI kini bekerja keras untuk bisa menghindari sanksi FIFA.
Sekretaris jenderal PSSI Yunus Nusi menegaskan bahwa pihaknya terus menjalin komunikasi dengan FIFA agar Indonesia tidak mendapatkan sanksi terkait dari tragedi Kanjuruhan Malang yang menelan setidaknya 130 korban jiwa.
Yunus Nusi juga mengklaim bahwa itu bukan perkelahian antara suporter, bukan permusuhan yang saling bertikai, melainkan karena adanya desak-desakan para penonton yang panik untuk meninggalkan stadion sehingga ada yang terinjak-injak dan faktor desak-desakan inilah penyebab utama dari tragedi Kanjuruhan Malang yang menelan korban jiwa.