
Gilabola.com – Manchester United memasuki laga kontra Everton dengan modal lima pertandingan tanpa kekalahan, namun Ruben Amorim menilai timnya masih jauh dari ideal.
Dia menilai mentalitas dan ketajaman saat memimpin laga masih perlu dibenahi. Di sisi lain, Gordon Strachan menilai karier Andre Onana di Old Trafford secara praktis telah berakhir setelah performanya tak memenuhi ekspektasi.
Strachan menjelaskan kepada sebuah media bahwa Onana dianggapnya tidak menunjukkan karakter dan aura yang dibutuhkan seorang penjaga gawang Manchester United.
Dia juga menilai sang kiper terlihat kurang menikmati waktunya di klub, sehingga masa depannya diprediksi tak lagi bersinggungan dengan Old Trafford.
Pendapat itu muncul setelah Onana hanya tampil satu kali musim ini, yakni saat kekalahan mengejutkan dari Grimsby Town. Setelah itu, ia langsung dipinjamkan ke Trabzonspor yang membuka peluang baginya untuk memulai kembali kariernya di tempat lain.
Strachan menyebut bahwa seorang kiper di United seharusnya bisa menjadi figur dominan di lapangan. Dia menilai Onana tidak memperlihatkan itu pada kesempatan yang dimilikinya, dan menurutnya sangat kecil kemungkinan sang pemain diberi kesempatan kedua.
Di ruang internal klub, situasi ini memperkuat keyakinan bahwa posisi penjaga gawang kini lebih aman bersama Senne Lammens yang tampil stabil dalam beberapa pekan terakhir. Konsistensi Lammens dinilai memberi kenyamanan bagi lini belakang United.
Situasi Onana kian rumit karena dia disebut tidak menunjukkan ekspresi sebagai pemain yang ingin bertahan. Hal ini membuat sejumlah pengamat menduga United akan melepasnya secara permanen begitu jendela transfer dibuka.
Tekanan Amorim Menjelang Laga
Sementara itu, fokus Amorim tertuju pada masalah intensitas permainan yang menurun setelah timnya unggul lebih dulu. Dia menguraikan bahwa performa bagus di babak pertama sering diikuti penurunan energi dan keberanian menekan di babak kedua.
Amorim menyebut bahwa cedera Casemiro dan Harry Maguire turut memperburuk stabilitas tim. Dia menilai pengalaman keduanya sering menjadi pembeda, terutama soal duel udara dan pengorganisasian set-piece.
Pelatih asal Portugal itu juga menilai para pemainnya cenderung berpikir bertahan setelah memimpin skor. Menurutnya, pola pikir itu harus segera dihilangkan karena tim seharusnya mengejar gol tambahan, bukan menunggu serangan lawan.
Dia menegaskan bahwa timnya masih lemah dalam hal menjaga intensitas dan ritme permainan. Baik aspek mental maupun fisik dianggapnya perlu ditingkatkan apabila MU ingin naik ke zona Liga Champions.
Amorim memandang laga melawan Everton sebagai kesempatan penting untuk memperbaiki kebiasaan buruk tersebut. Dia ingin timnya lebih berani mempertahankan tekanan ketika pertandingan memasuki fase sulit.
Performa Rashford dan Efeknya pada United
Di luar isu internal, performa Marcus Rashford di Barcelona ikut menjadi bahan pembicaraan. Dia kembali menunjukkan ketajamannya dengan torehan 15 kontribusi gol dalam 16 pertandingan musim ini.
Rashford kini dipanggil kembali ke tim nasional Inggris, sesuatu yang menunjukkan peningkatan signifikan sejak meninggalkan Manchester. Performa itu membuat sebagian fans United membandingkan produktivitasnya dengan para penyerang yang ada sekarang.
Situasi Rashford menimbulkan diskusi baru mengenai keputusan klub melepasnya. Banyak yang menilai kondisi tersebut menunjukkan bahwa masalah Rashford sebelumnya terletak pada lingkungan bermain di United.
Bagi Amorim, fokus tetap pada apa yang ia miliki saat ini. Dia berulang kali menyebut bahwa konsistensi adalah prioritas yang tidak boleh ditawar. Perbaikan intensitas, mentalitas, serta kestabilan fisik jadi poin utama sebelum memasuki jadwal padat.
