Gilabola.com – Manchester United mendapat suntikan dana segar yang seharusnya membawa angin segar di bursa transfer musim panas ini. Namun, di balik tambahan anggaran tersebut, ada rasa pahit yang sulit ditelan.
Penjualan Alvaro Carreras dan Anthony Elanga seharusnya menjadi kabar baik, namun angka-angka yang menyertainya justru membuka luka lama dalam strategi penjualan pemain klub.
Fernandez, bek kiri muda berbakat, akan bergabung dengan Real Madrid dari Benfica dengan nilai transfer sekitar Rp 954 Miliar. Sementara itu, Elanga dilaporkan segera merapat ke Newcastle United dari Nottingham Forest dengan mahar mencapai Rp 1,1 Triliun.
Jika semua berjalan sesuai rencana, Manchester United akan mengantongi sekitar Rp 324 Miliar dari klausul penjualan lanjutan yang telah dimasukkan dalam kontrak kedua pemain saat dilepas—masing-masing 20 persen dari nilai transfer mereka.
Dalam sepak bola modern, terutama di Premier League yang sangat kompetitif, angka tersebut memang bukan jumlah kecil. Tetapi jika ditarik ke belakang, keputusan melepas keduanya tampak seperti penilaian yang terburu-buru.
Elanga dilepas ke Forest seharga Rp 286 Miliar pada musim panas 2023, dan kini setahun kemudian nilainya melonjak hampir empat kali lipat. Sedangkan Fernandez, yang sempat diabaikan Erik ten Hag, berkembang pesat di Benfica sampai membuat Real Madrid kembali tertarik memboyongnya.
Potret Buram Manajemen Lama di Balik Layar
Keputusan melepas kedua pemain ini saat mereka belum mencapai puncaknya menunjukkan masalah klasik yang terus membayangi Manchester United: ketidakmampuan memaksimalkan aset akademi.
Real Madrid dan Newcastle United melihat peluang dan mengambil keuntungan, sedangkan The Red Devils hanya bisa menikmati sisa dari persentase penjualan lanjutan.
Secara total, kedua transfer ini memberi keuntungan sekitar Rp 725 Miliar kepada Manchester United, namun itu pun hanya sebagian kecil dari total Rp 2 Triliun nilai penjualan mereka.
Situasi ini memunculkan kembali pertanyaan tentang keputusan-keputusan lama di era sebelum Jim Ratcliffe mulai membenahi struktur klub. Jika manajemen baru ingin membangun tim yang kompetitif, mereka harus belajar dari kesalahan ini.
Karena saat pemain seperti Antony, Alejandro Garnacho, atau bahkan Rasmus Hojlund dikabarkan masuk daftar jual, ada ketakutan yang sah bahwa kisah Fernandez dan Elanga bisa terulang lagi.
Sepak bola bukan hanya soal strategi di lapangan, tapi juga visi jangka panjang di balik meja negosiasi. Dan jika Manchester United tidak segera memperbaiki cara mereka menilai dan mengelola aset pemain, mereka akan terus menjadi klub yang menjual murah, lalu membeli kembali dengan harga mahal.