Gila Bola – Manchester United saat ini tengah dilanda perdebatan mengenai pemain mereka, terutama terkait penampilan Jadon Sancho dan keputusan manajer mereka, Erik ten Hag.
Pada konferensi pers pasca pertandingan di Emirates, Ten Hag menjelaskan mengapa Sancho tidak masuk dalam skuad untuk menghadapi Arsenal, dan pernyataannya menciptakan banyak diskusi di dunia sepak bola.
Bos Belanda itu tidak mencoba untuk mengkritik Jadon Sancho atau melemparkannya di bawah bus, namun dia juga tidak menyembunyikan alasan di balik keputusannya untuk tidak membawanya ke skuad.
Erik ten Hag dengan jujur mengatakan bahwa pemain sayap internasional Inggris itu tidak dipilih berdasarkan bukti penampilannya dalam latihan, meski pernyataan itu kemudian langsung dibantah oleh sang pemain melalui media sosialnya.
Sikap jujur Ten Hag ini mencerminkan integritasnya sebagai seorang manajer. Meskipun tidak menyebut nama pemain lain, dia memberikan sinyal bahwa pemain lain seperti Facundo Pellistri, Alejandro Garnacho, Antony, Hannibal Mejbri, Dan Gore, dan Marcus Rashford, mungkin lebih pantas mendapatkan tempat di skuad daripada Sancho.
Pernyataan Jadon Sancho mengenai dirinya sebagai “kambing hitam” menciptakan kontroversi. Meskipun ada simpati untuk perjuangannya dengan masalah kesehatan mental, banyak yang merasa bahwa pernyataannya terlalu berani dan seolah-olah dia berhak mendapatkan tempat di skuad.
Apalagi dia adalah pemain yang telah menghabiskan banyak uang untuk transfernya dari Borussia Dortmund, sekitar Rp 1,45 Trilyun, belum lagi gajinya yang fantastis mencapai Rp 6,7 Milyar per pekan.
Namun, hal yang paling penting adalah bahwa Sancho bukanlah pemain yang pantas menjadi sasaran kritik yang tidak semestinya. Ini mencerminkan masalah yang lebih besar di klub, yang saat ini berjuang di bawah kepemilikan keluarga Glazer dan proses penjualan yang berlarut-larut.
Kenyataan yang sedih adalah bahwa Sancho bukanlah pemain yang cukup signifikan di United untuk menjadi sasaran kritik yang tidak semestinya. Ini menggambarkan perpecahan antara manajer dan pemain, yang mencerminkan situasi sulit yang dihadapi klub dalam beberapa tahun terakhir.
Oleh karena itu, pernyataan Ten Hag mencerminkan upayanya untuk membangun kembali otoritas manajer di klub tersebut dari kerusakan manajemen yang sebelumnya menempatkan selebriti dan reputasi di atas kinerja dan etika tim.
Perpecahan antara manajer dan pemain mencerminkan ketidakstabilan klub dan kebijakan yang berubah-ubah. Ten Hag, sejak datang ke Old Trafford, telah mencoba membangun kembali otoritas manajer dengan memprioritaskan kinerja dan etika tim daripada popularitas pemain di media sosial.
Ten Hag dikenal tidak memanjakan pemain bintang yang lebih suka bermain di media sosial daripada di lapangan. Dia telah memutuskan untuk mengambil langkah tegas dengan menjatuhkan beberapa keputusan kontroversial sejak memimpin tim. Keberaniannya ini pantas mendapatkan penghargaan, karena dia telah fokus pada kinerja dan etika tim daripada selebritas di antara pemain.
Meskipun kebijakannya mungkin tidak selalu populer, Ten Hag telah membawa perubahan yang diperlukan ke dalam klub. Saat beberapa fans mendukung pemain terkenal dan manajer karismatik, Ten Hag tetap teguh pada prinsipnya dan memprioritaskan kinerja tim di atas segalanya.
Ten Hag pantas mendapat penghargaan karena pendekatannya yang tegas dan keberaniannya untuk mengambil keputusan yang mungkin tidak populer. Sementara di tempat lain, kekacauan dan ketidakpastian terus mengguncang klub.