Kasus 115 Pelanggaran Finansial Manchester City Bikin Para Rival Berhati-Hati Pada Transfer Januari

Gilabola.comManchester City menghadapi situasi yang rumit terkait dengan Financial Fair Play (FFP) yang dapat memengaruhi strategi transfer mereka pada bursa transfer Januari mendatang.

Sebuah laporan dari orang dalam mengungkapkan bahwa klub yang dikenal dengan julukan The Citizens mungkin harus menahan diri dalam melakukan pengeluaran besar di pasar transfer.

Hal ini berkaitan dengan penyelidikan terhadap 115 tuduhan yang diajukan oleh Premier League mengenai pelanggaran peraturan keuangan klub selama lebih dari satu dekade.

Premier League pertama kali memulai investigasi terhadap Manchester City pada tahun 2018. Setelah proses hukum yang memakan waktu, akhirnya pada Februari 2023, dakwaan resmi diajukan dan klub dirujuk ke komisi independen untuk memeriksa kasus tersebut.

Tuduhan yang dihadapi Manchester City mencakup laporan keuangan yang tidak akurat, termasuk nilai kesepakatan sponsor dan rincian gaji manajer serta pemain, serta ketidakpatuhan terhadap aturan finansial UEFA dan Premier League, termasuk aturan profitabilitas dan keberlanjutan (Profit & Sustainability Rules atau PSR). Selain itu, Manchester City juga dituduh tidak kooperatif dalam proses investigasi yang dilakukan oleh Premier League.

Manchester City, dalam pernyataannya, dengan tegas membantah seluruh tuduhan dan menyatakan bahwa mereka siap untuk menghadirkan bukti yang mendukung posisi mereka. Klub tersebut berharap masalah ini dapat segera diselesaikan agar tidak mempengaruhi performa tim di masa mendatang.

Namun, menurut Mick Brown, mantan pencari bakat senior di Manchester United dan Tottenham Hotspur, kondisi keuangan Manchester City saat ini memerlukan kehati-hatian ekstra.

Brown mengungkapkan bahwa Manchester City harus sangat berhati-hati dalam mengelola pengeluaran mereka pada jendela transfer Januari mendatang. Dia menyatakan bahwa klub tersebut tidak bisa mengeluarkan uang dengan cara yang sama seperti beberapa tahun sebelumnya. Hal ini karena situasi mereka yang masih harus menyelesaikan 115 tuduhan yang belum terselesaikan.

Brown menambahkan bahwa para petinggi Manchester City kemungkinan besar akan mempertimbangkan berbagai faktor sebelum melakukan pembelian pemain pada bursa transfer Januari.

Mereka harus berpikir dua kali untuk melakukan transaksi besar-besaran karena ada risiko kehilangan poin atau menghadapi sanksi jika tuduhan tersebut terbukti. Selain itu, menurut Brown, Manchester City bukanlah klub yang suka mengambil risiko besar tanpa perhitungan matang.

Di sisi lain, laporan dari Football Insider menyebutkan bahwa klub-klub Premier League lainnya mulai merasa khawatir dengan biaya hukum yang dikeluarkan oleh liga. Pada musim lalu, biaya hukum Premier League mencapai Rp 1 Trilyun, yang diambil dari hak siar masing-masing klub.

Mantan ketua Everton, Keith Wyness, mengungkapkan kekhawatirannya bahwa anggaran hukum yang melonjak tersebut dapat menjadi beban bagi klub-klub Premier League.

Wyness juga menyoroti bahwa situasi ini menimbulkan pertanyaan serius tentang bagaimana Premier League menangani masalah tersebut. Dia menyinggung masa lalu ketika mantan kepala eksekutif Premier League, Richard Scudamore, menyelesaikan masalah secara internal tanpa perlu pengumuman publik.

Namun, dengan situasi hukum yang berlarut-larut dan mahal seperti sekarang, pendekatan tersebut tampaknya tidak lagi mungkin dilakukan oleh kepala eksekutif saat ini, Richard Masters, atau ketua liga, Alison Brittain.

Kesimpulannya, Manchester City berada dalam situasi yang sulit. Mereka harus mempertimbangkan dengan matang setiap langkah mereka di bursa transfer Januari mendatang, sambil menunggu hasil dari penyelidikan komisi independen terkait tuduhan yang mereka hadapi. Situasi ini juga membuat klub-klub Premier League lainnya waspada terhadap dampak finansial dari proses hukum yang sedang berlangsung.