
Gilabola.com – Premier League tengah bersiap menggelar pemungutan suara penting terkait aturan baru yang membatasi pengeluaran skuat. Aturan bernama top-to-bottom anchoring (TBA) ini rencananya akan mengatur agar pengeluaran klub tidak lebih dari lima kali lipat dari pendapatan klub dengan bayaran televisi dan hadiah liga paling kecil.
Meski dimaksudkan untuk menciptakan kompetisi yang lebih seimbang, wacana ini menimbulkan kekhawatiran dari berbagai pihak, baik di papan atas maupun bawah klasemen.
Rencana pemungutan suara dijadwalkan berlangsung pada 21 November mendatang. Jika disetujui, aturan tersebut akan secara signifikan membatasi kemampuan klub besar dalam berinvestasi pada pemain. Sebaliknya, klub-klub kecil diyakini akan diuntungkan karena kesenjangan finansial dapat ditekan.
Namun, sebagian pihak menilai kebijakan ini justru menyerupai sistem batas gaji (salary cap) yang kerap digunakan di liga olahraga Amerika. Beberapa klub elite seperti Manchester United, Manchester City, dan Aston Villa bahkan sudah menolak gagasan ini ketika pertama kali dibahas pada April lalu.
Kekhawatiran kini juga muncul dari klub-klub papan tengah dan bawah. Mereka menilai, jika aturan TBA diterapkan dan kemudian diadopsi oleh Championship, dampaknya bisa menjadi bumerang ketika mereka terdegradasi.
Bagi klub yang turun kasta, aturan tersebut dapat membatasi kemampuan mereka untuk membangun kembali tim dan bersaing merebut tiket promosi. Padahal, secara finansial mereka biasanya masih unggul berkat parachute payment dari Premier League.
Situasi ini berpotensi menciptakan ketimpangan baru di divisi bawah, di mana klub-klub besar yang terdegradasi tidak dapat memanfaatkan dana mereka secara maksimal. Sementara itu, klub-klub kecil tetap menghadapi kesulitan bersaing tanpa sumber daya yang cukup.
Protes dari PFA dan Kekhawatiran Soal Aturan Pengganti
Ketua EFL, Rick Parry, sebelumnya sudah menyinggung tentang ketidakadilan yang ditimbulkan oleh sistem parachute payment. Dia menilai bahwa jika Premier League benar-benar menerapkan TBA, maka pihaknya mungkin akan mempertimbangkan penerapan aturan serupa di Championship.
Asosiasi Pesepak Bola Profesional (PFA) juga menentang keras rencana tersebut. Mereka bahkan dikabarkan telah menyiapkan langkah hukum jika Premier League tetap memaksakan aturan tanpa konsultasi yang memadai. Menurut PFA, kebijakan ini dapat dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap hak para pemain.
Sumber dari ESPN menyebutkan bahwa ada kemungkinan besar proposal TBA akan dibatalkan sebelum pemungutan suara dilakukan. Jika pun tetap dilanjutkan, kemungkinan besar tidak akan mendapatkan cukup dukungan dari mayoritas klub.
Selain itu, klub-klub juga dihadapkan pada pilihan antara mempertahankan aturan profitability and sustainability (PSR) yang sudah ada, atau menggantinya dengan aturan baru bernama squad cost rules (SCR).
Aturan SCR bertujuan untuk menyelaraskan Premier League dengan regulasi UEFA, di mana klub hanya diperbolehkan menghabiskan maksimal 70 persen dari pendapatan untuk biaya skuat. Dalam versi Premier League, batas tersebut dinaikkan menjadi 85 persen bagi klub yang tidak bermain di kompetisi Eropa.
Pendukung SCR menilai aturan ini lebih realistis dan membantu klub menjaga keseimbangan finansial. Namun, ada juga yang menilai hal ini justru memperkuat hubungan antara kesuksesan dan pendapatan, membuat klub besar tetap lebih dominan.
Jika TBA gagal disahkan, kemungkinan besar Premier League akan beralih ke sistem SCR mulai musim depan. Meski demikian, perdebatan mengenai batas pengeluaran dan keadilan finansial antar klub tampaknya masih akan menjadi isu panjang di kompetisi tertinggi Inggris itu.