Gilabola.com – Meski musim lalu sukses menjuarai Premier League dengan hanya mendatangkan satu pemain, Liverpool kini menunjukkan wajah berbeda di bursa transfer musim panas ini.
Klub yang bermarkas di Anfield itu telah menghabiskan dana nyaris menyentuh angka 400 Juta Dolar, sekitar hampir Rp 6,6 Triliun, demi memperkuat skuad sepak bola mereka.
Musim lalu, hanya Federico Chiesa yang masuk sebagai rekrutan anyar, dan banyak yang mengira bahwa Liverpool tengah berhemat. Namun nyatanya, keputusan itu lebih bersifat strategis, bukan karena kekurangan dana. Hal ini terbukti dengan perubahan aktivitas mereka tahun ini.
Rekor Terpecahkan, Isak dan Bek Tengah Jadi Target Selanjutnya
Musim panas ini, direktur olahraga Liverpool, Richard Hughes, terlihat jauh lebih sibuk. Florian Wirtz menjadi pembelian termahal sepanjang sejarah klub, sementara dua bek sayap baru—Milos Kerkez dan Jeremie Frimpong—didatangkan dengan total biaya sekitar Rp 1,66 Triliun.
Sebelum ketiganya diumumkan, klub juga telah memperpanjang kontrak dua pemain bintang, Mohamed Salah dan Virgil van Dijk, serta mencapai kesepakatan dengan Giorgi Mamardashvili sebagai kiper cadangan baru.
Namun belanja Liverpool tampaknya belum selesai. Jika Newcastle United memberi sinyal positif, maka upaya untuk merekrut Alexander Isak bisa benar-benar direalisasikan.
Ditambah lagi, pencarian pengganti Jarell Quansah juga masih berlangsung. Keinginan Arne Slot untuk mendatangkan seorang bek tengah semakin memperkuat kemungkinan penambahan amunisi di sektor pertahanan.
Apa yang dilakukan Liverpool ini telah memicu perhatian klub-klub lain. Setelah menyingkirkan Bayern Munich dan Newcastle dalam perebutan beberapa pemain, baik dari sisi finansial maupun daya tarik sepak bola, The Reds telah memberikan pernyataan tegas: mereka serius.
Tetap pada Jalur, Tapi dengan Skala yang Lebih Besar
Meski dari luar tampak seperti perubahan strategi besar-besaran, kenyataannya Liverpool masih berada pada jalur filosofi lamanya: mengeluarkan dana besar hanya untuk pemain yang tepat. Model keberlanjutan mereka tak berubah, hanya skalanya yang kini makin ambisius.
Fenway Sports Group, pemilik klub, tetap memegang komitmen bahwa uang yang dihasilkan klub akan dikembalikan untuk memperkuat tim.
Sejak 2017, Liverpool hanya sekali gagal lolos ke Liga Champions, dan itu menjadikan arus pendapatan mereka tetap stabil. Selain dari performa di kancah Eropa, pendapatan klub juga meningkat berkat perluasan Anfield dan kerja sama komersial yang terus berkembang.
Status keuangan Liverpool yang sehat membuat mereka tidak terjepit oleh aturan Profitability and Sustainability Regulations (PSR). Setelah dua bursa transfer terakhir berjalan relatif hemat dan penjualan pemain dilakukan dengan cermat, kini klub memiliki ruang manuver yang besar.
Sebagai contoh, Fabio Carvalho dilepas ke Brentford dengan nilai yang bisa mencapai Rp 587 Miliar, sementara Bobby Clark dijual ke Red Bull Salzburg dengan angka sekitar Rp 212 Miliar.
Dengan semua itu, langkah besar Liverpool di bursa transfer kali ini bukanlah perjudian, melainkan bagian dari strategi panjang dalam membangun kejayaan sepak bola berkelanjutan di Anfield.