Gilabola.com – Legenda Nottingham Forest, Brian Clough, selalu punya cara pandang unik dalam sepak bola — termasuk soal gaya long-ball yang dulu sering dikritik. Meski dikenal menyukai operan pendek ke kaki, Clough mungkin akan menyukai pendekatan baru Forest musim ini, yang terbukti efektif membawa mereka mendekati tiket Eropa.
Pada Senin lalu, Forest mencatat kemenangan mengesankan 2-1 atas Tottenham meski hanya menguasai bola 30%. Ini bukan hal baru, karena musim ini mereka memang selalu berada di dasar statistik penguasaan bola Premier League. Namun, Forest yang musim lalu nyaris terdegradasi kini berada di posisi ketiga klasemen dan bersaing memperebutkan tiket Liga Champions.
“Kami punya cara bermain yang jelas, dan begitu menemukan identitas itu, kami tahu apa yang harus dilakukan,” ujar pelatih Nuno Espirito Santo kepada BBC Match of the Day.
“Kami mencetak gol (lawan Tottenham), tapi mereka juga menciptakan peluang di babak kedua. Kami harus bertahan sekuat tenaga. Musim ini kami bertarung di setiap bola, itu kekuatan kami.”
Rekor Baru: Minim Penguasaan Bola, Hasil Maksimal
Jika Nottingham Forest berhasil finis di empat besar musim ini dengan rerata penguasaan bola seperti sekarang, mereka akan mencetak rekor sebagai tim dengan persentase kepemilikan bola terendah yang berhasil finis di zona Liga Champions.
Leicester City saat menjuarai Premier League 2015-16 hanya mencatat 42,4% rata-rata penguasaan bola. Everton musim 2004-05 jadi satu-satunya tim lain yang finis di empat besar dengan angka di bawah 50%, yakni 48,5%.
Saat ini, rerata penguasaan bola Forest adalah 39,3% per laga, jauh di bawah tim-tim pesaing di papan atas.
Daftar Tim Dengan Penguasaan Bola Terendah di Empat Besar (sejak 2003-04):
- Leicester City (2015/2016) — 42,4%
- Everton (2004/2005) — 48,5%
- Tottenham (2021/2022) — 51,9%
- Newcastle United (2022/2023) — 52,2%
- Tottenham (2009/2010) — 52,3%
Meski berlawanan dengan tren tim-tim modern Inggris, Forest justru kokoh di jalurnya, membawa harapan bagi fans untuk kembali mencicipi atmosfer kompetisi Eropa.
Kokoh di Belakang, Efektif di Depan
Statistik penguasaan bola bukan segalanya. Southampton, misalnya, terdegradasi meski punya catatan penguasaan bola lebih baik dari setengah tim liga.
Permainan Forest bukan berarti membosankan. Mereka justru piawai merebut bola di area lawan lalu langsung melakukan serangan cepat lewat pemain-pemain eksplosif seperti Anthony Elanga dan Callum Hudson-Odoi.
“Itu salah satu karakteristik utama kami,” kata Nuno. “Mereka punya talenta untuk membawa bola ke depan dengan cepat.”
Soal efektivitas, Forest tampil luar biasa. Melawan Tottenham, mereka mencetak 2 gol dari 3 tembakan tepat sasaran. Jika sudah unggul, mereka sangat sulit ditembus. Forest paling sering mencetak gol pembuka musim ini (24 kali) dan tak pernah gagal menang dari posisi unggul 2-0 sejak Oktober 2023.
“Saat unggul, prioritasnya adalah bertahan dan menutup pertandingan,” tambah Nuno. “Kami saling bantu, menyeimbangkan, dan menyapu bola dari area bahaya.”
Dalam hal bertahan, Forest unggul atas 12 tim Premier League dalam berbagai aspek: terbanyak melakukan clearance, headed clearance, serta tinggi dalam statistik intersepsi (8 kali), tackling (7 kali), dan penyelamatan (7 kali).
Di bawah mistar, Matz Sels jadi kandidat kuat Golden Glove musim ini dengan 13 clean sheet dari 33 laga — hanya gagal meraih clean sheet ke-14 karena sundulan Richarlison di menit akhir.
“Mungkin Anda bisa mengkritik tim lain yang bertahan dalam, tapi Forest justru menjadikan itu kekuatan,” ujar analis Sky Sports, Jamie Carragher.
“Saya rasa kita tak perlu terlalu memuji Tottenham yang banyak menyerang. Forest memang membiarkan mereka dan percaya diri dengan cara mereka sendiri.”
Statistik Rata-rata Penguasaan Bola Terendah Premier League 2024-25:
- Leicester City — 45,2%
- Crystal Palace — 43%
- Ipswich Town — 39,9%
- Everton — 39,8%
- Nottingham Forest — 39,3%