Pep Guardiola Terlalu Hebat, Sampai Bisa Selamatkan Musim Tak Terselamatkan Manchester City

Gilabola.com – Musim ini berjalan sangat aneh bagi Manchester City. Cedera menumpuk di semua lini, tetapi tim asuhan Pep Guardiola tetap saja menemukan cara untuk terus bertahan dalam persaingan.

Kemenangan dramatis melawan Aston Villa lewat gol Matheus Nunes di menit ke-94 menjadi contoh paling nyata bagaimana City tetap bisa meraih hasil penting di tengah kondisi tim yang tidak ideal.

Dalam delapan laga terakhir di liga, mereka hanya kalah sekali dan menang lima kali. Bahkan, dua gelandang yakni Matheus Nunes dan Nico O’Reilly kini mengisi posisi full-back dalam skema darurat yang belum pernah dibayangkan sebelumnya.

Guardiola sempat mengatakan bahwa jika di awal musim seseorang menyebut akan ada semifinal dimainkan dengan dua gelandang menjadi bek sayap, maka dirinya pasti akan menganggap hal itu tidak masuk akal.

Absennya Rodri dan Erling Haaland sudah cukup mengganggu, tetapi justru cedera di lini belakang menjadi masalah yang lebih pelik. City kebobolan 42 gol musim ini—angka tertinggi sejak era Guardiola dimulai.

Bandingkan saja dengan musim 2009/2010 ketika Roberto Mancini menggantikan Mark Hughes dan City kebobolan 45 gol dalam semusim. Pemain seperti John Stones dan Nathan Ake hanya bisa starter di 14 laga, sementara Manuel Akanji bermain sejak awal dalam 20 pertandingan.

Bahkan Ruben Dias pun absen cukup lama, hanya tampil 21 kali sebagai starter dari total 34 laga yang sudah dilakoni. Kiper utama, Ederson, juga harus masuk daftar cedera, membuat Stefan Ortega tampil lebih sering dari dua musim terakhir digabung.

Keputusan Sulit, Bek Dadakan, dan Filosofi Sepak Bola yang Diuji

Matheus Nunez merayakan gol bersama Jeremy Doku

Dengan semua masalah tersebut, Guardiola mulai memikirkan kembali siapa saja pemain yang masih bisa diandalkan dalam hal kebugaran. Dia mengakui bahwa perlu mengambil keputusan di musim panas mendatang terkait pemain yang masih layak dipertahankan.

City memang sempat membeli dua bek tengah muda, Vitor Reis dan Abdukodir Khusanov, pada Januari lalu, tapi hingga kini keduanya belum mendapatkan kepercayaan untuk tampil di laga-laga krusial.

Josko Gvardiol yang sebenarnya didatangkan sebagai bek tengah bahkan lebih sering dimainkan di posisi bek kiri, sebelum akhirnya kembali ke posisi naturalnya belakangan ini.

Sementara itu, dua gelandang tetap bermain sebagai full-back, sesuatu yang memperlihatkan bagaimana Guardiola kerap menciptakan solusi yang tidak biasa dalam dunia sepak bola.

Selama ini, manajer asal Spanyol itu memang dikenal sering mengubah posisi pemain dan menemukan bentuk tim yang tidak lazim. Pernah satu musim penuh City bermain tanpa striker murni dan tetap menjuarai liga sebelum kedatangan Haaland.

Bahkan soal bek kiri, Guardiola hampir tidak pernah memiliki spesialis sejati dalam sembilan tahun terakhir di Manchester. Namun musim ini, beberapa dari keputusan nekatnya tampaknya tidak berjalan mulus.

Kepindahan Kyle Walker ke AC Milan pada Januari mungkin bisa diprediksi lebih awal, mengingat situasi pribadi sang pemain dan ketertarikan Bayern Munchen sebelumnya. Tapi Guardiola tetap memercayakan posisi tersebut kepada Rico Lewis, yang ternyata tampil di bawah harapan.

Di beberapa kesempatan terakhir, Guardiola mengatakan bahwa dia sendiri merasa belum melakukan pekerjaan dengan baik musim ini. Tapi cara timnya mengalahkan Villa menunjukkan bahwa kendati musim berjalan sangat berat, masih ada ruang untuk meraih sesuatu di sisa waktu yang ada.

Dia menilai tim bermain seperti yang pernah mereka tampilkan di masa-masa sukses, dengan semangat tinggi dan dominasi permainan. Dia juga menekankan pentingnya laga semi final FA Cup dan empat pertandingan liga tersisa—dua kandang dan dua tandang—yang harus dijalani dengan fokus satu per satu.