Pertarungan Guru vs Murid, Mampukah Enzo Maresca Kalahkan Sang Grand Master di Stamford Bridge?

Enzo Maresca, yang kini menjadi manajer baru Chelsea, membawa serta warisan berharga dari dua periode yang membentuk kariernya di Manchester City di bawah bimbingan Pep Guardiola.

Dalam kurun waktu dua tahun, Maresca tidak hanya belajar, tetapi juga berkontribusi pada kesuksesan City. Dia pertama kali menjabat sebagai pelatih Elite Development Squad, yang berhasil membawa tim tersebut meraih gelar juara Premier League 2 pada tahun 2021.

Setelah itu, meskipun sempat mengalami masa sulit sebagai pelatih Parma di Italia, Maresca kembali ke Manchester untuk membantu Guardiola dalam musim yang bersejarah, di mana City berhasil memenangkan Treble: Liga Inggris, Liga Champions, dan Piala FA.

Hubungan kerja yang erat antara Enzo Maresca dan Pep Guardiola tidak hanya didasarkan pada taktik sepak bola, tetapi juga pada kecintaan mereka terhadap permainan catur. Guardiola, yang telah mengembangkan filosofi sepak bola dengan inspirasi dari catur sejak masa kecilnya, menjadi mentor yang ideal bagi Maresca.

Sang manajer Chelsea mengakui bahwa dia mulai tertarik pada catur saat karier bermainnya bersama Palermo mendekati akhir. Baginya, papan catur memiliki kesamaan dengan lapangan sepak bola, di mana keduanya dapat dibagi menjadi tiga zona: bagian tengah dan dua sayap.

Pemahaman Maresca tentang catur membantu memperkaya pendekatan taktisnya di sepak bola. Ketika dia mengerjakan Lisensi UEFA Pro, tesisnya membahas bagaimana formasi pertahanan Guardiola dapat dibandingkan dengan strategi seorang Grand Master catur.

Pep Guardiola sendiri selalu menekankan pentingnya menguasai bagian tengah dalam sepak bola, serupa dengan strategi dasar dalam catur, yang mendasari tahun-tahun kesuksesannya di Etihad.

Selama jeda panjangnya di New York setelah meninggalkan Barcelona dan sebelum mengambil alih Bayern Munchen, Guardiola membangun persahabatan dengan juara dunia catur, Garry Kasparov.

Dia juga bertemu dengan Grand Master Norwegia, Magnus Carlsen, di Manchester pada Natal tahun lalu. Guardiola kerap mencari inspirasi dari berbagai olahraga lain, termasuk mengagumi ketangguhan mental para pegolf top dan perenang Olimpiade.

Pada musim panas lalu, dia bahkan menghabiskan waktu bersama pelatih Boston Celtics, Joe Mazzula, selama final NBA. Guardiola dengan rendah hati mengaku, “Saya pencuri ide,” yang menunjukkan betapa dia selalu terbuka untuk belajar dari berbagai disiplin ilmu.

Maresca, yang pernah berkata bahwa dia hanyalah manajer biasa yang kebetulan botak dan berjenggot seperti Guardiola, tentu memiliki keinginan besar untuk membuktikan kemampuannya di panggung Premier League.

Pertemuan pertama mereka di musim ini, ketika Chelsea menghadapi City di Stamford Bridge, menjadi momen yang dinantikan. Sebelumnya, kedua tim sempat berhadapan dalam pertandingan persahabatan di Ohio, di mana City menang 4-2. Namun, laga di Stamford Bridge memiliki nuansa berbeda, karena kini pertaruhan sesungguhnya dimulai.

Guardiola dikenal dengan obsesinya terhadap sepak bola, sebuah karakteristik yang juga diidentifikasi oleh Maresca. Salah satu orang kepercayaan Guardiola, Manuel Estiarte, pernah mengungkapkan bahwa Guardiola tidak bisa berhenti memikirkan sepak bola lebih dari 32 menit.

Obsesi ini, dipadu dengan kecintaannya terhadap catur dan pendekatan taktis yang mendalam, menjadikan Guardiola sebagai salah satu manajer paling inovatif di dunia sepak bola modern.

Kini, tantangan bagi Maresca adalah membawa pelajaran yang dia dapat dari Guardiola dan menerapkannya di Chelsea. Dengan latar belakangnya yang kuat dan pengaruh besar dari Guardiola, Maresca memiliki semua alat yang diperlukan untuk menjadi sukses.

Pertarungan mereka di Premier League akan menjadi ajang pembuktian, apakah Maresca mampu membawa filosofi yang dia pelajari dari Grand Master sepak bola ke level yang lebih tinggi.