Gilabola.com – Setelah kegagalan Arsenal mendatangkan penyerang baru di bursa transfer Januari, berbagai alasan yang melatarbelakanginya mulai terungkap.
Beberapa pendukung mungkin tidak akan menyukai penjelasan ini, terutama setelah kekalahan dari Newcastle di semifinal Piala Liga. Kekalahan tersebut semakin memperkuat anggapan bahwa pasar transfer yang baru saja berlalu adalah sebuah kegagalan besar.
Sejak awal, Arsenal memang memiliki niat untuk aktif dalam bursa transfer. Namun, upaya mereka akhirnya tidak membuahkan hasil. Dampak dari kegagalan ini terhadap musim Arsenal baru akan terlihat dalam beberapa bulan ke depan atau jika Kai Havertz mengalami cedera.
Cedera hamstring yang dialami Gabriel Martinelli saat melawan Newcastle juga semakin mempersempit pilihan Arsenal di lini serang. Meski begitu, klub telah melakukan berbagai upaya.
![Gabriel Martinelli tinggalkan lapangan karena cedera](https://gilabola.com/wp-content/uploads/2025/02/Gabriel-Martinelli-tinggalkan-lapangan-karena-cedera.jpg)
Salah satu yang sempat dibahas secara internal adalah kemungkinan merekrut Benjamin Sesko dari Red Bull Leipzig. Sesko sebenarnya telah lama masuk dalam radar Arsenal.
Namun, Red Bull Leipzig tidak bersedia melepasnya di bulan Januari. Arsenal pun harus mempertimbangkan dampak jangka panjang jika mereka terlalu memaksakan transfer ini.
Cedera lutut serius yang dialami Gabriel Jesus di awal Januari membuat Arsenal semakin fokus mencari penyerang baru. Idealnya, mereka ingin Jesus bertahan hingga akhir musim.
Sebelum mengalami cedera, dia telah mencetak enam gol dalam tujuh pertandingan. Namun, setelah cedera Jesus dipastikan, Arsenal mulai mempertimbangkan perekrutan seorang striker.
Kurangnya Pilihan Pada Januari
Pembicaraan internal sempat dilakukan terkait Mathys Tel dari Bayern Munchen dan Alvaro Morata dari AC Milan. Akan tetapi, akhirnya tidak ada tawaran yang diajukan karena klub merasa keduanya tidak cukup memberikan dampak signifikan bagi tim Mikel Arteta.
Arsenal menyadari bahwa para pemain terbaik tidak tersedia di bursa transfer Januari. Harga yang terlalu tinggi dan klub yang enggan melepas pemain kunci menjadi kendala utama.
![Kai Havertz di laga Newcastle United vs Arsenal](https://gilabola.com/wp-content/uploads/2025/02/Kai-Havertz-di-laga-Newcastle-United-vs-Arsenak.jpg)
Situasi ini juga dialami oleh klub lain seperti Manchester United dan Chelsea. Arsenal bisa saja mendatangkan pemain hanya untuk menambah kedalaman skuad, tetapi hal itu tidak sejalan dengan strategi jangka panjang mereka.
Sebagai contoh, Arsenal telah memperhitungkan perkembangan Myles Lewis-Skelly dan Ethan Nwaneri, dua pemain akademi yang mulai mendapatkan peran lebih besar di tim utama. Keberhasilan dalam mengidentifikasi bakat muda menjadi kebanggaan bagi tim perekrutan Arsenal dalam beberapa tahun terakhir.
Arsenal sebenarnya sempat mengajukan tawaran untuk Ollie Watkins, tetapi Aston Villa menolaknya. Klub asal Midlands itu dikabarkan bersedia melepas Watkins atau Jhon Duran untuk mengatasi tekanan finansial akibat regulasi profit dan keberlanjutan di Premier League. Namun, harga yang diminta untuk Watkins dianggap terlalu tinggi sehingga transfer tersebut tidak terwujud.
Arsenal selalu mempertimbangkan banyak faktor sebelum mengajukan tawaran untuk pemain. Statistik menyerang, kontribusi defensif, dan berbagai aspek lainnya menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Meskipun beberapa pendukung menginginkan keputusan yang lebih cepat, Arsenal tetap disiplin dalam pendekatan mereka.
Peran direktur olahraga interim, Jason Ayto, juga menjadi aspek menarik dalam strategi transfer Arsenal di bulan Januari. Setelah menggantikan Edu, Ayto memiliki kesempatan untuk membuktikan kemampuannya dalam posisi ini.
Jika dia menginginkan popularitas instan di kalangan pendukung, dia bisa saja menyetujui transfer Mathys Tel atau Alvaro Morata. Namun, strategi yang diambil lebih mempertimbangkan kepentingan jangka panjang klub.
Kebijakan Transfer
Arsenal berusaha menghindari keputusan impulsif yang hanya memberikan kepuasan sesaat. Sebagai contoh, peminjaman Raheem Sterling pada musim panas lalu sempat disambut antusias oleh pendukung, tetapi kenyataannya tidak memberikan dampak signifikan. Ayto bisa saja mengambil langkah serupa di bursa transfer Januari, tetapi hal itu tidak sejalan dengan visi jangka panjang klub.
Setelah hampir satu dekade berada di Arsenal, Ayto memahami apa yang berhasil dan apa yang tidak. Pihak internal klub dikabarkan puas dengan pendekatannya selama bursa transfer Januari. Arsenal pun kini bersiap untuk belanja besar di musim panas mendatang.
Klub berencana mendatangkan gelandang baru untuk menggantikan Jorginho dan Thomas Partey yang kontraknya habis di akhir musim. Martin Zubimendi dari Real Sociedad menjadi salah satu target utama dengan klausul pelepasan sebesar Rp 1 Triliun.
Selain itu, Arsenal juga mencari penyerang sayap baru, dengan Nico Williams dari Athletic Bilbao dan Matheus Cunha dari Wolves sempat masuk dalam daftar incaran.
![Alexander Isak di laga Newcastle United vs Arsenal](https://gilabola.com/wp-content/uploads/2025/02/Alexander-Isak-di-laga-Newcastle-United-vs-Arsenal.jpg)
Namun, investasi terbesar akan diarahkan pada posisi penyerang tengah. Arsenal sangat menginginkan Alexander Isak dari Newcastle, tetapi biaya transfer yang diperkirakan melebihi Rp 2,4 Triliun membuat transfer ini sulit terwujud.
Striker RB Leipzig, Benjamin Sesko masih menjadi opsi yang lebih realistis karena klausul pelepasannya, sekitar Rp 1,1 Triliun, yang baru akan aktif pada bursa transfer musim panas nanti.
Banyak pendukung mungkin merasa skeptis karena situasi serupa telah terjadi sebelumnya. Namun, di dalam klub, ada keyakinan kuat bahwa Arsenal sedang mempersiapkan bursa transfer musim panas yang sangat penting bagi masa depan mereka.