Gilabola.com – Manchester United terus mengalami masa sulit di bawah asuhan Ruben Amorim. Sejak bergabung dengan klub pada November lalu, dia belum mampu membawa perubahan signifikan.
Dari 15 pertandingan di Premier League, tim hanya mengoleksi 15 poin dan kini berada di peringkat ke-15. Situasi ini membuat banyak pihak mempertanyakan strategi sang pelatih.
Beberapa pemain dikabarkan mulai mendiskusikan apakah pendekatan taktis Amorim perlu diubah. Meski tidak ada indikasi ketidakpuasan besar di ruang ganti, beberapa pemain merasa bahwa perubahan taktik yang lebih sesuai dengan gaya mereka mungkin bisa meningkatkan performa tim.
Ada juga kekhawatiran yang berkembang bahwa tanpa perubahan, tim akan terus mengalami kesulitan di sisa musim ini, sementara mereka sudah terpuruk di papan bawah klasemen.
Bruno Fernandes turut menyoroti kesulitan yang dialami tim dalam pertandingan melawan Everton yang berakhir imbang 2-2. Dia menjelaskan bahwa pada babak pertama, permainan tidak berjalan sesuai rencana karena beberapa pemain tidak berada di posisi yang tepat pada momen-momen penting.
Hal ini memperlihatkan adanya ketidakseimbangan dalam strategi yang diterapkan oleh Amorim, saat para pemain masih belum mampu mengaplikasikan taktik 3-4-2-1 yang diterapkan manajer Portugal itu.
Kritik Ben Foster
Sementara itu, mantan penjaga gawang Manchester United, Ben Foster, berpendapat bahwa para pemain seharusnya lebih introspeksi daripada menyalahkan taktik Amorim.
Dia menilai bahwa pelatih asal Portugal tersebut memiliki kemampuan untuk menilai karakter pemain dengan baik. Foster menilai Amorim tahu siapa saja pemain yang benar-benar bekerja keras dan berkomitmen untuk tim.
Foster juga menambahkan bahwa Amorim harus lebih fleksibel dalam pendekatan taktisnya. Meskipun demikian, dia mendukung langkah Amorim untuk menyingkirkan pemain yang dianggap sebagai pengaruh buruk di dalam tim.
Menurutnya, perubahan besar diperlukan di skuat Manchester United untuk membangun kembali tim dengan pemain yang memiliki etos kerja yang lebih baik.
Di luar masalah di lapangan, kondisi internal klub juga semakin memperburuk situasi. Manchester United baru-baru ini menerapkan kebijakan pemotongan biaya, termasuk menghilangkan makanan gratis untuk staf dan menutup kantin.
Langkah ini diklaim dapat menghemat sekitar Rp 20,7 Miliar. CEO klub, Omar Berrada, mengatakan bahwa langkah-langkah ini diperlukan untuk memperkuat kondisi finansial klub dan memastikan investasi dalam sepak bola pria maupun wanita tetap berjalan.
Namun, Foster berpendapat bahwa para pemain seharusnya tidak menggunakan masalah di luar lapangan sebagai alasan atas performa buruk mereka. Dia menyoroti kecenderungan pemain sepak bola modern yang terlalu cepat mencari alasan ketika menghadapi kesulitan.
Menurutnya, banyak pemain yang secara tidak sadar menurunkan standar mereka sendiri begitu ada masalah di klub. Hal ini, menurutnya, adalah hal yang memalukan bagi sebuah klub sebesar Manchester United.