Terungkap! Beginilah Liverpool Bisa Pecahkan Dua Rekor Transfer di Satu Bursa Transfer

Gilabola.com – Belanja besar Liverpool di musim panas ini mengejutkan banyak pihak, terutama para penggemar sepak bola dari klub-klub rival.

Di saat rumor masih berembus soal target transfer berikutnya, laporan terbaru menyebut bahwa klub dari Anfield tengah menyiapkan tawaran senilai Rp 2,6 Triliun untuk memboyong Alexander Isak dari Newcastle United.

Jika kesepakatan ini terwujud, maka Liverpool akan memecahkan rekor transfer Inggris untuk kali kedua dalam jendela yang sama. Sebelumnya, mereka telah mengeluarkan Rp 2,5 Triliun demi mengamankan Florian Wirtz.

Meski pihak Newcastle United diyakini belum tertarik untuk melepas Isak, upaya Liverpool ini tetap menjadi perbincangan besar di dunia sepak bola, terutama dengan nilai transfer yang ditawarkan.

Belanja Besar Tak Biasa

Di luar Wirtz, The Reds juga telah menggelontorkan dana Rp 1,4 Triliun untuk mendatangkan Jeremie Frimpong, Milos Kerkez, dan Giorgi Mamardashvili. Jumlah belanja yang sangat tidak biasa bagi klub yang selama ini dianggap hemat di tingkat elite sepak bola Eropa.

Kesan tersebut kontras dengan pergerakan pasar klub-klub lain di Inggris dan Eropa yang lebih moderat, sehingga muncul pertanyaan besar mengenai posisi finansial Liverpool dalam konteks aturan Profit and Sustainability (PSR) Premier League.

Namun, menurut sejumlah analis keuangan sepak bola, situasi ini tak perlu dicurigai. Alasannya sederhana: Liverpool adalah salah satu klub dengan pendapatan terbesar di dunia, apalagi setelah musim yang sukses dan minim belanja pada tahun sebelumnya.

Musim 2024/2025 diproyeksikan membawa keuntungan, karena satu-satunya pembelian saat itu hanyalah Federico Chiesa dari Juventus senilai Rp 217 Miliar, dengan nilai amortisasi hanya Rp 54 Miliar per tahun selama empat musim.

Dalam periode tersebut, Liverpool kembali ke Liga Champions dan meraup lebih dari Rp 1,85 Triliun, terutama dari performa mereka di fase liga meskipun gagal di babak 16 besar.

Pendapatan dari liga domestik juga mengesankan, dengan estimasi sekitar Rp 4 Triliun berasal dari hak siar dalam dan luar negeri, pembayaran pembagian rata, serta hadiah juara.

PSR Masih Aman

Selain menjadi pembeli cerdas, Liverpool juga dikenal sebagai penjual jitu. Musim panas ini, Jarell Quansah dan Caoimhin Kelleher dijual dengan total Rp 1 Triliun. Belum lagi potensi dana dari transfer Harvey Elliot dan Tyler Morton, yang semuanya masuk sebagai keuntungan bersih menurut aturan PSR.

Liverpool masih memiliki aset bernilai tinggi seperti Darwin Nunez dan Luis Diaz. Meski klub secara tegas menolak menjual Diaz, termasuk saat didekati Barcelona dan Bayern Munchen, situasi berbeda berlaku untuk Nunez.

Meski negosiasi dengan Napoli gagal mencapai kata sepakat, minat dari klub-klub Arab Saudi membuat kemungkinan besar Liverpool akan mengembalikan sebagian besar dana Rp 1,85 Triliun yang mereka keluarkan pada 2022.

Agar bisa mencatat keuntungan, Liverpool hanya perlu menjual Nunez seharga minimal Rp 682 Miliar. Hal ini terkait dengan kontrak enam tahun sang pemain yang ditandatangani sebelum UEFA dan Premier League membatasi amortisasi hingga lima tahun.

Peraturan PSR memperbolehkan kerugian hingga Rp 2,2 Triliun dalam tiga tahun, dengan potongan khusus untuk investasi pada infrastruktur, akademi, tim wanita, dan program komunitas.

Dalam periode 2021/2024, berdasarkan hitungan Swiss Ramble, Liverpool bahkan memiliki posisi surplus Rp 1 Triliun, yang memberi ruang belanja senilai Rp 3,3 Triliun di musim ini.

Dengan proyeksi pendapatan musim 2024/25 yang bisa melewati angka Rp 15 Triliun, bahkan ada perkiraan bahwa klub bisa mencetak laba Rp 1 Triliun. Artinya, secara teori, mereka masih bisa belanja hingga Rp 4,4 Triliun lagi dan tetap sesuai aturan PSR.

Jika Isak akhirnya mendarat di Anfield dengan mahar Rp 2,6 Triliun, maka nilai amortisasinya sekitar Rp 523 Miliar per tahun, menambah total biaya amortisasi tahunan Liverpool menjadi sekitar Rp 1,35 Triliun.

Sementara itu, pengeluaran gaji juga meningkat seiring bertambahnya usia para pemain bintang. Tapi angka yang diprediksi menembus Rp 8,7 Triliun per tahun ini masih dianggap wajar, mengingat kekuatan posisi finansial klub.