Gilabola.com – Tottenham Hotspur secara resmi memperkenalkan Mohammed Kudus sebagai pemain anyar mereka setelah menuntaskan transfer senilai Rp 1,2 Triliun dari West Ham.
Transfer ini menandai perpindahan pertama antara dua klub London tersebut sejak 2011. Kudus datang dengan harapan besar dari pelatih baru Thomas Frank, yang melihat sang pemain sebagai kunci dalam membangun serangan cepat dan agresif di musim mendatang.
Kudus pernah jadi sorotan saat bermain gemilang bersama Ajax di Liga Champions musim 2022-2023, mencetak gol indah ke gawang Liverpool dan mengukir enam kontribusi gol dalam enam pertandingan.
Penampilannya menarik minat banyak klub besar Inggris, termasuk Manchester United yang dilatih Erik ten Hag kala itu, namun West Ham yang akhirnya berhasil memboyongnya.
Di musim debutnya di Premier League, dia tampil menawan dengan delapan gol dan enam assist, bahkan sempat meraih gelar best newcomer versi Sky Sports serta gol terbaik klub untuk aksinya melawan Freiburg di Liga Europa.
Namun musim keduanya di London Timur jauh dari memuaskan. Dia kesulitan beradaptasi dalam sistem tiga bek Graham Potter yang menjadikannya sebagai penyerang tengah, posisi yang tak sesuai dengan karakternya.
Efektivitasnya merosot, baik dalam hal dribel maupun kontribusi bertahan. Puncaknya, dia sempat dikartu merah karena insiden emosional saat menghadapi Spurs, dan mendapatkan larangan bermain lima laga.
Kini, dengan bergabung ke Tottenham, Kudus diyakini akan kembali ke posisi terbaiknya, di sisi kanan serangan atau di belakang striker utama. Edu Rubio, mantan asisten pelatih West Ham, menyebut Kudus sebagai pemain yang bisa mengubah arah pertandingan.
Gelandang itu memiliki kecepatan, tekanan tinggi, dan agresivitas tanpa bola. Dia menyebut Kudus sebagai sosok seperti Bryan Mbeumo, yang bisa memberi warna baru dalam strategi menyerang cepat Thomas Frank.
Jejak Panjang dan Rute Unik dari Ghana ke Inggris
Perjalanan Kudus dimulai dari akademi Right To Dream di Ghana, yang telah melahirkan sejumlah talenta Afrika berbakat. Dia hijrah ke klub Denmark, Nordsjaelland, dan mencetak debut hanya tiga hari setelah ulang tahun ke-18.
Gol perdananya menunjukkan naluri penyerang yang telah terbentuk sejak dini. Performanya membawa dia ke Ajax, namun cedera membuatnya tak stabil di dua musim pertama.
Baru pada musim ketiga di Belanda, Kudus menggebrak dengan total 25 kontribusi gol dari 42 pertandingan, meyakinkan West Ham untuk membayar Rp 1,15 Triliun demi jasanya.
Meski gagal bersinar di musim keduanya, potensi besarnya belum memudar. Spurs percaya, di bawah arahan pelatih yang cocok, pemain berusia 24 tahun ini akan kembali menunjukkan kualitas bintang yang sempat ia tunjukkan di Eropa.
Kudus bukan hanya rekrutan mahal, tetapi juga simbol perubahan cara Tottenham melakukan bisnis. Mereka biasanya enggan melakukan transfer dengan rival sekota, tetapi keputusan untuk merekrut pemain dari West Ham ini menandai keseriusan proyek baru di bawah kepemimpinan Thomas Frank. Kudus pun resmi menjadi pemain pertama yang melintasi jalur ini sejak Scott Parker pada tahun 2011.
Dengan lini serang Spurs yang musim lalu mencetak 64 gol, sebanding dengan peringkat keempat Chelsea, kehadiran Kudus diharapkan bisa meningkatkan daya gedor dan mempercepat transisi ke gaya bermain yang lebih progresif.
Kini, tugas berat menanti sang pemain: membuktikan bahwa dirinya bukan sekadar pembelian mahal, tapi kepingan penting dalam fondasi baru Tottenham Hotspur.