Gilabola.com – Henrikh Mkhitaryan pernah merasakan bermain di bawah asuhan dua manajer ternama dunia, Jose Mourinho di Manchester United dan Jurgen Klopp di Borussia Dortmund.
Dalam sebuah wawancara, Mkhitaryan membahas perbedaan signifikan di antara keduanya, termasuk pengalaman pribadinya yang cukup unik selama berada di Manchester United.
Pemain asal Armenia itu bergabung dengan Manchester United pada tahun 2016 dengan nilai transfer sebesar Rp 541 Miliar setelah dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Bundesliga musim sebelumnya.
Saat itu, Mourinho baru saja memulai kariernya sebagai pelatih United, dan Mkhitaryan menjadi salah satu pemain yang direkrut untuk memperkuat timnya. Meski demikian, sang gelandang mengaku sempat mengalami kesulitan beradaptasi dengan tuntutan Mourinho.
Sebelumnya, Klopp adalah sosok yang mendatangkannya ke Borussia Dortmund. Di bawah asuhan Klopp, Mkhitaryan berkembang pesat hingga menarik perhatian klub-klub besar, termasuk Manchester United. Namun, saat pindah ke Old Trafford, gaya kepelatihan Mourinho membawa tantangan berbeda bagi dirinya.
Gaya Manajerial Mourinho
Dalam wawancaranya, Mkhitaryan mengungkapkan bahwa pernah ada momen canggung ketika Mourinho menyinggung kritik dari media terkait performanya.
Mkhitaryan menyebut bahwa Mourinho sempat berkata kepadanya saat sarapan bahwa kritik media terhadap sang pelatih disebabkan oleh dirinya. Pemain berusia 36 tahun itu menjelaskan bahwa dia mencoba merespons dengan sopan bahwa dirinya tidak pernah bermaksud melakukannya.
Selain itu, Mkhitaryan menyoroti betapa intensnya perhatian media selama dia bermain untuk Manchester United. Dia menyebut bahwa paparazzi sering kali hadir hampir setiap hari, bahkan saat pemain memasuki pusat pelatihan. Dia merasa setiap gerakannya diawasi secara ketat, mulai dari cara berpakaian hingga aktivitas sehari-hari.
Meski sempat kesulitan di awal, Mkhitaryan akhirnya menunjukkan performa yang lebih baik. Salah satu momen puncaknya bersama Manchester United adalah saat dia mencetak gol di final Liga Europa, membantu tim meraih gelar tersebut.
Namun, hubungan profesionalnya dengan Mourinho tidak pernah benar-benar harmonis. Dia akhirnya dilepas ke Arsenal sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran untuk Alexis Sanchez.
Dalam refleksinya, Mkhitaryan menggambarkan hubungan dengan Mourinho sebagai yang paling rumit sepanjang kariernya. Meski begitu, dia tetap menghormati Mourinho sebagai sosok yang sangat berorientasi pada kemenangan. Menurutnya, Mourinho selalu menuntut para pemain untuk memenuhi ekspektasinya, yang terkadang sulit diterima.
Momen Menyenangkan Dengan Klopp
Sebaliknya, Klopp dianggapnya lebih bersahabat. Mkhitaryan menyebut Klopp seperti seorang ayah atau saudara baginya. Dia merasa banyak belajar tentang sepak bola selama bekerja sama dengan Klopp di Dortmund.
Menariknya, Mkhitaryan dan Mourinho kembali bekerja sama di AS Roma pada tahun 2021. Di bawah asuhan Mourinho, pemain asal Armenia itu menjadi bagian penting dalam skuad yang berhasil memenangkan Liga Konferensi UEFA.
Meski akhirnya meninggalkan Roma untuk bergabung dengan Inter Milan, Mkhitaryan mengaku tetap menghargai perjalanan kariernya bersama kedua pelatih tersebut.
Saat ini, Mkhitaryan terus melanjutkan karier sepak bolanya, sementara Mourinho telah berpisah dengan Roma setelah didepak pada Januari 2024. Meski keduanya pernah memiliki hubungan yang rumit, pengalaman itu tampaknya memberikan pelajaran berharga bagi Mkhitaryan.