Benjamin Pavard sempat menjalani masa-masa sulit di awal karirnya di Bayern Munchen karena terganggu oleh masa pandemi yang menghentikan sepak bola.
Sebenarnya kehidupan di Jerman sudah dimulai bagi Benjamin Pavard sejak 2016 ketika di meninggalkan LOSC Lille untuk bergabung dengan VFB Stuttgart dalam kesepakatan senilai Rp 87 Milyar, memainkan 88 penampilan di semua kompetisi dan menyumbang dua gol dan dua assist.
Tapi kinerjanya yang mengesankan di Piala Dunia 2018 terutama gol ikoniknya ke gawang timnas Argentina membuatnya menarik minat dari berbagai klub top Eropa dan akhirnya Bayern Munchen memboyongnya pada 2019 dalam kesepakatan senilai Rp 608 Milyar.
Sayangnya bahwa tahun debutnya di Allianz Arena berjalan dengan sulit karena itu adalah tahun di mana virus corona mulai menyebar ke berbagai penjuru dunia termasuk Eropa, membuat liga sempat dihentikan selama beberapa bulan.
Bundesliga juga terdampak dan sempat terhenti aktivitas sepak bola mereka selama beberapa bulan karena kebijakan lockdown dan pembatasan aktivitas luar ruangan yang diberlakukan Jerman, dan itu ternyata berdampak pada aspek psikologis banyak orang, termasuk Benjamin Pavard.
Seperti yang diberitakan oleh Le Parisien, bek timnas Prancis itu dalam sebuah wawancaranya mengakui bahwa dia sempat merasa depresi karena terjebak di negara orang, yakni Jerman, selama berbulan-bulan tanpa aktivitas dan tanpa sepak bola karena lockdown, sementara dia juga tidak boleh sembarangan melakukan bebergian dan kembali ke negaranya.
Benjamin Pavard mengakui bahwa dia sama dengan orang lain pada umumnya bahwa dia juga merasa tidak sehat secara psikologi karena lockdown itu. Dia juga mengakui bahwa memiliki rumah bagus tidak berarti dia bisa hidup nyaman tanpa kontak dengan orang lain dan itu membuatnya sempat depresi, meski mengakui bahwa dia akhirnya bisa bangkit dari itu.