Sering Hujan Gol di Liga Champions, Format Baru atau Kesenjangan yang Kian Lebar?

Gila BolaLiga Champions musim ini telah menghadirkan banyak laga yang mencuri perhatian, terutama dengan pertandingan hujan gol atau skor besar yang sering terjadi.

Sebagian pihak mempertanyakan apakah hal ini disebabkan oleh format baru kompetisi atau kesenjangan yang semakin melebar antara klub-klub elit Eropa dan tim-tim lain. Perdebatan ini menjadi relevan setelah beberapa hasil mencolok yang memperlihatkan ketidakseimbangan di antara peserta.

Pada hari pertama kompetisi yang kini melibatkan 36 tim, Bayern Munchen mencatatkan kemenangan telak 9-2 atas Dinamo Zagreb. Setelah lima putaran, rata-rata selisih gol antara tim yang menang dan yang kalah mencapai 2,03, jauh lebih tinggi dibandingkan 1,39 pada tahap yang sama musim lalu.

Pertanyaannya adalah apakah format baru ini memengaruhi hasil, atau memang kesenjangan kualitas antar klub sudah terlalu mencolok?

Tekanan Format Baru

Format baru Liga Champions dirancang untuk memberikan peluang lebih besar bagi klub-klub besar agar tidak tersingkir terlalu dini. Selisih gol kini menjadi faktor penting dalam menentukan posisi di klasemen, berbeda dari aturan sebelumnya yang mengutamakan head-to-head. Hal ini mendorong tim-tim besar untuk mencetak sebanyak mungkin gol guna mengamankan posisi mereka.

Liverpool, misalnya, memanfaatkan setengah jam terakhir melawan Bayer Leverkusen untuk mencetak empat gol tambahan dan menang 4-0. Begitu pula dengan Arsenal, yang mencetak lima gol melawan Sporting dalam laga terakhir mereka. Strategi ini menunjukkan bagaimana selisih gol dapat menjadi “poin tambahan” yang krusial dalam persaingan.

Namun, tidak semua tim dapat memanfaatkan format ini. Klub seperti Slovan Bratislava, yang kalah telak 5-1 dari Celtic pada laga pembuka, kini berada di dasar klasemen tanpa poin dan selisih gol -14. Situasi serupa dialami oleh Sparta Praha, yang kebobolan total 11 gol melawan Atlético Madrid dan Manchester City.

Ketimpangan Kualitas Antar Klub

Mayoritas hasil besar melibatkan tim dari liga-liga besar Eropa. Dari 22 pertandingan dengan margin kemenangan empat gol atau lebih, 17 di antaranya dimenangkan oleh tim dari liga “lima besar”. Hal ini menunjukkan bahwa klub-klub dari liga kecil masih kesulitan bersaing dengan para raksasa.

Namun, kejutan tetap ada. Red Star Belgrade, yang awalnya dipandang sebagai tim yang tidak diunggulkan, berhasil menang telak 5-1 atas Stuttgart. Hasil ini menjadi bukti bahwa klub dari liga yang kurang diperhitungkan juga mampu tampil kompetitif jika diberi kesempatan.

Beberapa pihak memprediksi bahwa format baru Liga Champions akan mencapai tujuan utamanya pada 2027, saat siklus tiga tahun saat ini berakhir. Namun, evaluasi lebih menyeluruh mungkin baru bisa dilakukan setelah delapan pertandingan fase liga selesai.

PSG, yang saat ini tertinggal dua poin dari batas akhir klasemen, harus meraih kemenangan besar melawan Red Bull Salzburg untuk memperbaiki posisinya. Luis Enrique dan timnya mungkin perlu menunjukkan performa terbaik mereka jika ingin tetap bersaing di babak selanjutnya.

Sementara itu, kompetisi musim ini memberikan gambaran menarik tentang arah sepak bola Eropa. Apakah format baru ini benar-benar memberikan peluang yang lebih adil atau justru memperbesar dominasi tim-tim besar?

Hanya waktu yang dapat menjawabnya. Dengan begitu banyak hal yang dipertaruhkan, Liga Champions musim ini akan menjadi salah satu yang paling menarik untuk disimak.

Yuk join Channel Whatsapp Gilabola.com untuk mendapatkan informasi bola terkini! Klik di sini untuk bergabung!