Gila Bola – Manajer Manchester United, Erik ten Hag, mulai merasakan panasnya tekanan dari para penggemar Setan Merah yang frustrasi setelah awal musim buruk yang telah membuat harapan untuk meraih gelar Premier League tampak suram.
Pertama kalinya dalam era Premier League, Man United kalah dalam tiga dari lima pertandingan pembuka mereka dan kini akan menghadapi laga berat saat memulai petandingan Liga Champions pertama mereka musim ini melawan Bayern Munchen.
Erik Ten Hag sebelumnya masih bisa berlindung dari kritik di beberapa pekan awal musim ini karena, para pendukung lebih terfokus pada sejumlah masalah Setan Merah di luar lapangan.
Meskipun para penggemar ingin melihat keluarga Glazer pergi namun tampaknya proses penjualan klub kembali dibuat tak jelas, terutama dengan pembatalan di pekan lalu.
Kemudian masalah dengan winger Brasil, Antony, yang diberi izin untuk cuti karena menghadapi tuduhan kekerasan dalam rumah tangga yang diajukan oleh mantan pacarnya.
Sementara itu, Man United memutuskan bahwa Mason Greenwood tidak memiliki masa depan di Old Trafford meskipun tuduhan terhadap pemain berusia 21 tahun itu telah dibatalkan.
Ten Hag memang telah membawa Manchester United kembali ke Liga Champions usai finis ketiga di Premier League musim lalu dan mengakhiri puasa trofi klub selama enam tahun dengan memenangkan Piala Liga.
Namun, dia menjadi sasaran sorakan pendukung MU ketika dia menggantikan pemain baru Rasmus Hojlund di pertengahan babak kedua saat kekalahan kandang 3-1 melawan Brighton pada hari akhir pekan lalu.
Pelatih asal Belanda itu mencoba untuk mengubah momen cercaan itu menjadi tanda dukungan positif untuk Hojlund, yang melakukan debut kandangnya setelah pindah dari Atalanta seharga £64 juta.
Pemain Denmark tersebut baru pulih dari cedera, dan Ten Hag tidak bisa membiarkan pemain kunci lainnya cedera lagi karena dipaksa bermain selama 90 menit terlalu cepat.
Namun, pertaruhan Man United pada Hojlund yang masih berusia 20 tahun bisa menghadapi reaksi negatif jika mereka kalah oleh skuad Bayern Munchen yang diperkuat oleh Harry Kane.
Meskipun membutuhkan penyerang, Man United tidak pernah secara serius melepaskan tawaran ke mantan kapten Tottenham dan kapten timnas Inggris tersebut, dan Kane jsutru akhirnya bergabung dengan Bayern dalam kesepakatan senilai 100 juta euro.
Harry Kane langsung tampil impresif dengan mencetak empat gol dalam empat penampilan, sementara Rasmus Hojlund belum mencetak gol untuk Manchester United.
Meskipun mendominasi di kompetisi domestik dengan memenangkan 11 gelar Bundesliga terakhir, Bayern Munchen selalu mengukur dirinya berdasarkan penampilannya di Liga Champions.
Sejak memenangkan trofi terakhir mereka di Lisbon pada tahun 2020, Bayern Munchen telah tersingkir di babak perempat final Liga Champions selama tiga musim berturut-turut.
Kepemimpinan mantan manajer Hansi Flick dan Julian Nagelsmann terhenti akibat tersingkirnya Bayern pada tahap awal tersebut.
Pelatih Bayern saat ini, Thomas Tuchel, yang menggantikan Nagelsmann yang dipecat setelah memenangkan delapan dari delapan pertandingan di Liga Champions, menyadari bahwa setidaknya mencapai babak semifinal dianggap biasa saja di Munchen.
Transfer dengan nilai besar seperti saat mendatangkan Harry Kane membuat kemenangan Liga Champions menjadi sebuah keharusan.
Sementara itu, untuk membuat masalah United semakin pusing, winger Jadon Sancho juga absen dari skuad utama karena perselisihan dengan Erik ten Hag.
Jadon Sancho, yang dibeli seharga £73 juta dari Borussia Dortmund dua tahun lalu, diperintahkan untuk berlatih sendiri setelah dia mengklaim bahwa dia adalah “kambing hitam” ketika Ten Hag mengkritik penampilannya yang buruk dalam latihan.
Sifat disiplin Ten Hag diapresiasi sebagai bagian dari kesuksesannya dalam musim pertamanya, bahkan Cristiano Ronaldo dan Marcus Rashford pun tidak mendapatkan perlakuan khusus.
Dengan Manchester United sudah tertinggal sembilan poin dari rival lokal Manchester City di Premier League, mendapatan prestasi di Liga Champions menjadi lebih vital bagi kesuksesan atau kegagalan musim kedua Erik Ten Hag.
“Ini tentang karakter,” kata Ten Hag, menjelang laga di Munich, di mana dia dulu pernah melatih tim B Bayern antara tahun 2013 dan 2015. “Sekarang kita harus melihat seberapa kuat kita, bagaimana tim bertahan bersama, dan pemain mana yang menunjukkan karakter dan kepemimpinan di dalam tim.”