Tak Punya DNA Barcelona, Apa Alasan Dipilihnya Hansi Flick Gantikan Xavi?

Gila Bola – Barcelona akan memulai musim baru bersama pelatih dan harapan baru, serta lupakan kekecewaan yang melanda selama musim 2023/24.

Para petinggi klub Catalan ini optimistis di bawah asuhan Hansi Flick, Barca bisa kembali ke masa kejayaan. Bahkan bersama Flick, Barca berharap bisa menjadi penantang sekaligus meraih kesuksesan.

Kali ini, rekam jejak Flick menunjukkan, dia tak sejalan dengan gaya tradisional Barcelona, atau ‘DNA Barca’, yang jadi perhatian utama presiden klub, Joan Laporta.

Meski demikian Laporta berikan kepercayaannya pada Flick, dan jalin masa depan mereka. Bagi sejumlah kalangan suporter dan analis, musim ini dipandang sebagai kesempatan terakhir Laporta untuk membalikkan situasi, terutama karena klub mengalami kesulitan di beberapa area berbeda, termasuk keuangan dan kepuasan suporter.

Bisakah Flick Membalikkan Situasi di Barcelona?

Laporta memikul beban tanggung jawab, dan dia andalkan perubahan manajerial ini untuk mengubah masa depan Barca, dengan fokus utamanya pada apa yang terjadi di atas lapangan.

Menggantikan Xavi dengan Flick, Laporta seakan sedang bertaruh. Jika langkah ini gagal memperbaiki kinerja Barca, maka situasi tersebut akan menjadi pukulan keras di akhir masa jabatannya, dan berpotensi membuka jalan bagi penggantinya.

Sekarang, kembali ke perihal Flick, sementara masa kepelatihannya di Bayern Munchen cukup gemilang, tidak demikian ketika dia mengasuh Timnas Jerman setelah itu.

Flick menjadi pelatih pertama yang dipecat dalam 123 tahun sejarah Timnas Jerman, setelah timnya hanya berhasil amankan 12 kemenangan dalam 25 pertandingan dan rata-rata hanya kantongi 1,72 poin per pertandingan.

Catatan ini tentu saja sangat mengejutkan, mengingat banyak pemain Timnas Jerman yang juga mantan pemain asuhannya di Bayern Munchen.

Perubahan Seperti Apa yang Diharapkan Barcelona di Bawah Asuhan Flick?

Gaya kepelatihan Hansi Flick dikenal cukup agresif, memiliki tekanan dan tempo yang tinggi. Pendekatan inilah yang diharapkan bisa dibawanya ke Barcelona.

Pertanyaan kritisnya adalah, apakah Flick bisa atasi hambatan bahasa, perbedaan budaya dan pengawasan ketat dari media Spanyol, terutama jika hasil kerjanya tak terlihat dalam waktu singkat.

Apalagi, dia akan hadapi tantangan besar terkait persaingan klub Catalan itu dengan rival abadinya, Real Madrid, yang bahkan berpotensi menjadi lebih kuat lagi musim depan dengan datangnya Kylian Mbappe.

Kekhawatiran besar lainnya adalah, apakah Laporta akan memberi kebebasan kepada Flick untuk mengimplementasikan strateginya, dan apakah klub memiliki pemain yang bisa mendukung gaya permainan pelatih berusia 59 tahun itu. Jujur saja, mereka tak bisa melakukan itu!

Perubahan Barcelona di Bawah Asuhan Hansi Flick

Harus diingat, Flick punya sejarah dalam mengubah peran para pemainnya dengan sangat efektif.

Di Bayern Munchen, ia mengubah Alphonso Davies – dari seorang winger yang menjanjikan menjadi salah satu bek kiri terbaik di dunia.

Flick juga mengubah posisi David Alaba – dari bek kiri menjadi bek tengah kelas dunia, dan juga Joshua Kimmich – dari bek kanan menjadi gelandang bertahan yang menonjol.

Jika Flick terapkan pendekatan serupa di Barcelona, ​​banyak pemain kemungkinan akan hadapi perubahan signifikan dalam peran mereka di lapangan. Hal ini mungkin juga akan berisiko, mengingat komposisi skuad Barca saat ini, dan tim Catalan itu mungkin tak punya fleksibilitas yang sama dengan Bayern untuk lakukan penyesuaian tersebut.

Warisan Laporta di Barcelona Dipertahankan

Kedatangan Flick di Barcelona hadirkan tantangan besar yang bisa tentukan karirnya dan juga warisan yang akan ditinggalkan Laporta.

Atasi dinamika politik, hambatan bahasa, pengawasan media, tantangan emosional, masalah keuangan dan tekanan dari para suporter – tentunya akan menjadi hal yang sangat penting. Jika Flick berhasil, ia akan dipuji sebagai seorang pelatih jenius, dan Laporta pun akan dielu-elukan sebagai pemimpin yang visioner.

Pada akhirnya kuncinya adalah, apakah klub bisa melampaui obsesinya terhadap ‘DNA Barcelona’ dan izinkan Flick untuk memperkenalkan serta terapkan filosofinya sendiri.

Secara historis, Barca bangga bisa mempertahankan gaya dan etos tertentu. Namun sekarang, pertanyaannya adalah apakah mereka bisa beradaptasi dan berkembang di bawah kepelatihan baru, yang tentunya akan terapkan pendekatan berbeda untuk kembali meraih kesuksesan.

Musim ini pastinya akan menjadi ujian nyata bagi kemampuan beradaptasi dan visi bagi Flick maupun Blaugrana.