Gila Bola – Chelsea telah menemukan kekuatan mereka yang sering kali hilang dalam penampilan mereka musim ini. Pertandingan mengejutkan melawan Manchester City di Etihad Stadium menampilkan sisi terbaik The Blues, yang terjadi pada menit ke-44.
Penampilan Chelsea yang penuh kegigihan saat melawan Manchester City di Etihad Stadium mengejutkan banyak pihak, dan mereka menunjukkan permainan terbaik mereka pada menit ke-44.
Saat itu, Phil Foden mengirimkan umpan silang ke arah tiang jauh gawang Chelsea. Bol turun dan memantul, Erling Haaland dengan tenang menunggu untuk berisap menyundulnya.
Ketika bola justru melewatinya, ekspresi kebingungan sejenak melintasi di wajah Haaland. Dia memutar kepalanya untuk mencari bola yang tiba-tiba sudah keluar lapangan dan ketika dia menolehkan kepalanya, ternyata … ehhh ada Axel Disasi, dengan wajah menyeringai puas karena berhasil membuang bola.
Ini bukanlah Chelsea yang dulu lagi, yang babak belur di St James’ Park pada November lalu, atau dipermalukan di Old Trafford pada Desember, dan dihancurkan di Anfield pada Februari lalu dengan skor 4-1.
Chelsea tidak mencetak gol dalam empat laga sebelumnya ke Etihad dan jarang memberikan ancaman bagi The Citizen. Jangankan mimpi menang, bisa bertahan hidup saja bagus, kemenangan di EIthad terasa seperti mimpi yang tidak mungkin jika melihat skuad Pep Guardiola dengan catatan 11 kemenangan di kandang mereka, apalagi Kevin De Bruyne sudah kembali ke performa penuhnya.
Rencana Pochettino kali ini bukanlah untuk menggunakan strategi ‘parkir bus’ atau bahkan menekan pertahanan City, cukup dengan memblokir beberapa komponen kunci pemain Guardiola saja.
Chelsea bahkan membiarkan tiga pemain belakang Guardiola menguasai bola, sementara Conor Gallagher dan Nicolas Jackson dengan rajin membayangi pergerakan Rodri dan Manuel Akanji.
Di belakang mereka, Moises Caicedo dan Enzo Fernandez selalu melacak pergerakan De Bruyne dan Julian Alvarez di area tengah.
Perangkap-perangkap yang telah dipersiapkan dengan matang ini menjebak City untuk memasuki masalah dan Chelsea menggunakan serangan balik sebagai senjata andalan mereka. Cukup itu saja, sederhana, tapi ampuh!
Kerjasama Jackson dan Sterling merupakan ancaman konstan bagi bek Man City. Demikian pula dengan Malo Gusto, yang bergerak maju dari belakang, serta Cole Palmer yang banyak mengirimkan umpan terobosan ke area pertahanan City.
Chelsea berhasil mencetak satu gol, dan andai saja Jackson dan Sterling bisa sedikit lebih tajam, The Blues mungkin bisa mencetak dua atau tiga gol tambahan lagi.
Meskipun Chelsea menjadi tim yang paling banyak mendepatkan peluang untuk mencetak gol di babak pertama, tetapi fisik dan mental untuk bisa bermain dengan baik melawan tim terbaik di dunia mulai meluntur di babak kedua.
Pemain andalan Pochettino mulai kehabisan tenaga 20 menit sebelum pertandingan berakhir dan sang pelatih kehabisan opsi di bangku cadangan. Sehingga sulit untuk tetap bisa mempertahankan taktik yang sama di babak kedua, yang sebenarnya merupakan taktik terbaik mereka.
Christopher Nkunku, jjelas masih terlihat kurang tajam untuk bermain 90 menit penuh di pertandingan dengan intensitas seperti ini.
Jika Sebuah tim tidak dapat menyerang City, maka Kevin De Bruyne dan kawan-kkawan memaksa lawan untuk bertahan sambil dengan sabar mencari celah dan titi terlemah lawan.
Dan akhirnya City berhasil mencetak gol balasan dan merubah kedudukan menjadi imbang 1-1, tapi melawan Chelsea kali ini, City butuh 83 menit untuk bisa membongkar pertahanan skuad Pochettino.
Chelsea sebenarnya memiliki banyak bakat dan kedalaman taktis untuk bisa bersaing melawan City, apalagi rekam jejak Pochettino sebagai pelatih tak perlu diragukan lagi.
Namun rasa percaya diri dan kerjasama yang sinkron antar pemain memang tidak mudah untuk bisa dicapai, apalagi mengingat The Blues merupakan salah satu skuad termuda musim ini.
Dan Pochettino memang sedang mengembangkan para pemainnya setiap hari dan setiap minggu di Cobham, tempat latihan Chelsea.
Dan nantinya, Chelsea akan membutuhkan performa yang harus jauh lebih baik lagi saat berhadapan melawan Liverpool di final Piala Carabao di Wembley.