Enam Masalah Besar Newcastle United Menuju Musim Depan Usai Mimpi Buruk yang Diberikan Man Utd

Gila BolaNewcastle United menghadapi tantangan besar di bursa transfer musim panas ini setelah gagal meraih tempat di kompetisi Eropa untuk musim depan, sebagian karena Manchester United.

Situasi ini menjadi pukulan telak bagi tim yang baru saja bangkit dari ancaman degradasi dan mengukuhkan diri di papan atas Liga Inggris. Memang, kemenangan Manchester United di Piala FA membuat The Magpies harus kehilangan tiket ke Liga Konferensi Eropa dan akan absen sama sekali dari sepak bola Eropa.

Absennya Newcastle United di panggung Eropa memberikan dampak signifikan terhadap anggaran klub, memaksa mereka untuk mengevaluasi ulang strategi transfer dan manajemen pemain.

Kekurangan Anggaran dan Masalah Finansial

Dengan tidak lolosnya Newcastle ke kompetisi Eropa, klub menghadapi kekurangan anggaran sekitar Rp 823 Milyar. Penghasilan dari partisipasi di Liga Champions musim lalu terbukti sangat berharga, dan ketiadaan pemasukan ini menjadi tantangan besar.

Meskipun kesepakatan sponsor baru dengan Adidas yang akan diluncurkan bulan depan bisa membantu, namun Newcastle harus lebih ketat dalam pengeluaran untuk mematuhi aturan Financial Fair Play (FFP).

Meski, bagaimanapun, manajer Eddie Howe tetap optimis dengan timnya, apapun yang terjadi di musim panas ini. Dia mengatakan, “Saya tidak bisa memprediksi masa depan tapi apa pun yang terjadi, kami bisa berjuang, hidup kembali, dan menciptakan tim yang sedikit berbeda.”

Potensi Kehilangan Pemain Kunci

Salah satu risiko terbesar yang dihadapi Newcastle adalah kemungkinan kehilangan pemain bintang mereka. Alexander Isak dan Bruno Guimaraes, dua pemain yang menjadi pilar penting tim, dikabarkan diminati klub-klub besar seperti Arsenal dan Manchester City.

Isak, yang mencetak 25 gol musim ini, menjadi target utama Arsenal. Newcastle menghargai striker ini senilai hampir Rp 2,5 Trilyun, dan mereka berharap harga ini bisa menghalangi minat klub lain.

Di sisi lain, Manchester City menunjukkan ketertarikan pada Guimaraes, dengan klausul pelepasan Rp 2 Trilyun yang berlaku hingga Juni. Kenaikan gaji yang signifikan di klub lain juga bisa menggoda kedua pemain untuk hengkang.

Strategi Transfer dan Rekrutmen Pemain Baru

Eddie Howe menghadapi tantangan besar dalam memperkuat skuadnya dengan anggaran terbatas. Newcastle mungkin harus fokus pada pemain muda berbakat dengan dana transfer yang lebih rendah dan mengembangkannya sesuai kebutuhan tim.

Beberapa nama seperti Tosin Adarabioyo dan Lloyd Kelly yang tersedia dengan transfer gratis menjadi pilihan yang lebih ekonomis dan kabarnya The Magpies sudah bekerja untuk mengamankan keduanya.

Namun, pertanyaan tetap ada apakah Newcastle United mampu mendatangkan pemain elit yang mampu memberikan dampak instan di lapangan dan mempertahankan level tinggi klub untuk musim depan.

Tekanan pada Eddie Howe

Meskipun saat ini posisi Eddie Howe sebagai manajer tidak terancam, tekanan untuk meraih hasil yang lebih baik di musim depan tetap ada setelah klub gagal lolos ke sepak bola Eropa untuk musim depan.

Fans dan manajemen klub mengharapkan perkembangan yang lebih nyata dan peningkatan prestasi. Howe harus mampu menyeimbangkan antara membangun tim yang kompetitif dan memenuhi ekspektasi tinggi dari para pendukung.

Sebenarnya, masalah utama Newcastle di musim lalu adalah badai cedera yang terus menghambat tim, dan jika gagal memperkuat skuad, Howe setidaknya akan berharap bisa mempertahankan pemain utama dan menghindari masalah cedera lain untuk membangkitkan prestasi tim musim depan.

Komitmen Kepemilikan Saudi

Komitmen kepemilikan Saudi terhadap Newcastle United juga menjadi sorotan. Meskipun ambisi besar telah dinyatakan, seperti pembangunan tempat latihan baru dan renovasi St James’ Park, realisasi dari janji-janji ini tampak terhambat.

Pertanyaan muncul apakah fokus Saudi telah berpindah ke investasi lain seperti golf, tinju, F1, dan tenis. Namun, Eddie Howe yakin bahwa ambisi pemilik tetap tinggi dan mereka berkomitmen untuk mengembangkan klub dalam batasan aturan yang ada.

Eddie Howe berkata, :Mereka sangat serius mengenai hal ini. Saya tidak melihat indikasi sebaliknya. Masalahnya adalah, dalam olahraga tersebut Anda mungkin bisa menginvestasikan apa pun yang Anda inginkan.”

Perubahan Struktur Kepemilikan

Masalah kepemilikan juga menjadi perhatian, terutama dengan pengaruh PIF yang semakin besar. Amanda Staveley, yang memainkan peran kunci dalam pengambilalihan klub, melihat kepemilikan sahamnya terdilusi seiring dengan suntikan dana baru dari PIF dan keluarga Ruben.

Saham Staveley kabarnya terdilusi dari awalnya 10 persen saat di awal akuisisi klub oleh Arab Saudi menjadi kini hanya enam persen.Meski demikian, Staveley tetap berperan penting dalam mengarahkan masa depan klub.

Jadi, setiap kali pemilik 80 persen saham klub, PIF Arab Saudi, menyuntikkan uang tunai, itu harus diimbangi dengan pemegang saham lainnya. Sayangnya, Amanda Staveley tidak bisa melakukannya, dan itu membuat sahamnya semakin berkurang.