Drama Dibalik Kemenangan Newcastle United, Ada Konflik Dua Negara Timur Tengah

Gila Bola – Drama Dibalik Laga Newcastle United vs PSG, Bukan Sekedar Pertandingan Sepak Bola. Eddie Howe, pelatih Newcastle United, telah mengukir strategi luar biasa yang membawa kemenangan besar bagi timnya dalam pertandingan Liga Champions melawan juara Prancis, Paris Saint-Germain (PSG), yang digelar di St. James’ Park. Pertandingan ini bukan hanya duel antara dua tim, tetapi juga merupakan pembuktian kemampuan Howe di panggung besar. Pertandingan ini juga mengungkap masalah persaingan media raksasa antara kedua negara di Timur Tengah yang melahirkan sejarah dibalik live streaming ilegal.

Mari kita simak semua penjelasannya sebagai berikut:

Kesalahan Fatal dalam Formasi 4-2-4 PSG

Kegagalan taktik Paris Saint-Germain memudahkan tuan rumah meraih kemenangan 4-1 dalam Liga Champions. Gol pembuka Newcastle melawan PSG seharusnya menjadi peringatan bagi Luis Enrique.

Ini adalah gambaran dari kesalahan taktik dari Luis Enrique, yang melihat timnya tidak hanya terlampaui dalam hal fisik tetapi juga dalam hal pemikiran strategis.

Sulit untuk melihat apa yang ingin dikejar olehnya saat susunan pemain diumumkan. Bermain dengan formasi 4-2-4, dengan empat pemain penyerang yang suka bermain di zona depan, formasi yang tidak masuk akal saat hendak melawan tim Eddie Howe yang menggunakan formasi 4-3-3.

Dan itu terbukti. PSG kalah jumlah di setengah lapangan mereka, dan langsung mendapat tekanan. Newcastle mencetak gol pertama – hasil dari kesalahan Marquinhos – dalam 20 menit. Gol kedua datang dari bola mati sebelum jeda. Gol ketiga, dari serangan balik yang terlalu mudah, ditambahkan di awal babak kedua. Dan meskipun PSG berhasil mencetak gol, mereka tidak pernah sekalipun menguasai jalannya pertandingan.

Hal ini sebagian besar karena mereka tidak dapat mempertahankan bola. Manuel Ugarte dan Warren Zaire-Emery kalah jumlah di lini tengah, sementara pemain sayap PSG tetap terpaku di sisi garis lapangan.

Sementara itu, Kylian Mbappe, yang dianggap sebagai superstar, hampir tidak menyentuh bola – dan tidak melakukan tembakan yang mengarah ke gawang. Yang mengkhawatirkan, Luis Enrique tidak terlihat mau beradaptasi, dan pergantian pemain yang dia lakukan hanyalah pergantian pemain dengan tipe yang sama yang tidak banyak mengubah permainan.

Ini adalah kemenangan 4-1 Newcastle yang benar-benar sebanding dengan skor akhir yang ditunjukkan. Magpies tampil brilian dalam pertandingan ini, menekan dengan kompak dan klinis di area kunci. Dan bagi Luis Enrique, hasil ini menunjukkan bahwa dia perlu memikirkan ulang taktiknya saat kedua tim bertemu lagi.

Eddie Howe Bungkam Para Kritikus

Ketika Newcastle mempekerjakan Eddie Howe pada November 2021, beberapa pengamat sempat meragukannya. Meskipun dia adalah manajer berbakat, para pengamat berpendapat bahwa Newcastle yang kini tajir melintir dan ambisius mungkin seharusnya memerlukan seseorang dengan pengalaman Liga Champions.

Namun, dalam pertandingan Liga Champions pertamanya di kandang, Eddie Howe berhasil membuktikan diri. Manajer ini berhasil menyusun taktik yang tepat, menginstruksikan timnya untuk menekan lawan tinggi sejak awal, mengganggu permainan tengah PSG ketika mereka menguasai bola, dan mengandalkan kecepatan dan kreativitas dari tiga pemain depannya. Tidak kebetulan bahwa dua dari empat gol Newcastle tercipta melalui serangan balik, dan jika bukan karena beberapa penyelamatan gemilang Gianluigi Donnarumma, Newcastle bisa saja mencetak lima gol.

Di sisi lain lapangan, pertahanan mereka tetap solid seperti biasa. Meskipun tidak memiliki keunggulan jumlah pemain melawan Paris Saint-Germain, Newcastle tampil sebagai satu kesatuan yang solid dan tidak pernah benar-benar dalam bahaya. Eddie Howe selalu menjadi manajer yang sangat baik di tingkat domestik, dan dalam pertandingan ini, dia terlihat seperti manajer elit masa depan.

Newcastle vs PSG: Rivalitas Dua Negara Timur Tengah

Ada ketegangan eksternal yang berperan di laga antara Newcastle United vs PSG kali ini.

Newcastle United dimiliki oleh Public Investment Fund yang didukung oleh Mohammed bin Salman dari Arab Saudi. Sementara saham PSG dikuasai sepenuhnya oleh Qatar Sports Investments yang dipimpin oleh Nasser Al-Khelaifi dari Qatar.

Pada tahun 2017, Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Qatar sepenuhnya, dengan alasan bahwa kebijakan luar negeri Qatar bertentangan dengan kepentingan Arab Saudi di Timur Tengah. Masalah ini pun merembes ke dunia sepak bola dan media olahraga, ketika kedua pihak saling menyerang melalui media, dan akhirnya Qatar menggunakan kekuatan jaringan media olahraga mereka sebagai senjata.

Ketua PSG, Nasser Al-Khaleifi, berada di tengah-tengah semua ini. Ia telah lama mengendalikan beIN Sports, penyedia layanan streaming dan program olahraga terbesar di Timur Tengah. Ketika ketegangan antara kedua negara semakin memuncak, beIN hilang dari jaringan Arab Saudi secara keseluruhan. Sebagai responsnya, Arab Saudi disebut-sebut menciptakan jaringan streaming ilegal sendiri yang kalau mau jujur ya kita sering streaming juga sih, dan ini menjadi sumber konflik dengan Qatar.

Namun, masalah ini akhirnya diredakan oleh sepak bola. Pada tahun 2019, Arab Saudi setuju untuk berpartisipasi dalam Piala Teluk Arab, yang diselenggarakan di Qatar, setelah sebelumnya mengancam akan memboikotnya. Secara perlahan, kedua pihak mulai mendekati satu sama lain dalam media, dan warga Arab Saudi diizinkan kembali muncul dalam liputan sepak bola Qatar. Dua tahun kemudian, hampir bersamaan dengan akuisisi Newcastle oleh PIF, beIN muncul kembali di televisi Saudi. Semuanya tampaknya telah kembali normal, dan semua orang bisa menonton sepak bola lagi.

Namun, dendam lama masih bisa meletup. Sejam sebelum pertandingan pembuka Piala Dunia 2022, dan setelah setuju untuk menyiarkan 22 pertandingan secara gratis, beIN tiba-tiba berhenti beroperasi di Arab Saudi — tanpa penjelasan yang jelas. Meskipun banyak yang tetap bisa mengakses pertandingan melalui layanan streaming ilegal yang marak di wilayah tersebut, itu adalah pengingat bahwa situasi panas belum berakhir.

Jadi laga antara Newcastle vs PSG ini menjadi laga adu gengsi kedua pemilik klub dari negara berbeda, membuktikan kesuksesan mereka dalam investasi di sepak bola Eropa! Siapa yang menang di laga adu gengsi ini? Sepertinya imbang, ada yang menang di lapangan dan ada yang menang di luar lapangan.

Anda dapat berlangganan Gilabola.com di Google News atau join channel Whatsapp kami untuk mendapatkan update terbaru!