Gila Bola – Pep Guardiola untuk final Liga Champions melawan Inter pada Minggu dinihari (11/6) sudah bukan orang yang sama yang overthinking untuk final kompetisi yang sama tahun 2021 kontra Chelsea.
Sama seperti final hari ini, City pada final 2021 itu juga merupakan favorit untuk menjadi juara guna mengalahkan Chelsea. Namun Pep memulai pertandingan tanpa satu pun gelandang bertahan.
Sebagai hasilnya mereka menderita gol kebobolan dari Kai Havertz menit 42, yang sudah cukup untuk menggagalkan mimpi City. Trofi kuping besar merupakan satu-satunya piala yang belum pernah mereka dapatkan sampai saat itu.
Kapan Pep Mulai Miliki Kebiasaan Overthinking?
Kebiasaan overthinking atau kebanyakan mikir Pep Guardiola ini dimulai sejak era kepelatihannya di Bayern Munchen, saat mana ia menangani juara Bundesliga Jerman tersebut selama tiga tahun.
Ia sebenarnya memiliki formasi kesukaannya, 4-3-3, yang sudah terbukti ampuh dan memberinya dua gelar juara Liga Champions selama waktunya di Barcelona. Namun di Allianz Arena, Pep mengubah-ubah formasi beberapa kali. Sukses besar untuk kompetisi domestik di Bundesliga, membuat bingung tim dan manajer lain yang tidak siap dengan perubahan formasi Die Roten.
Tetapi kebiasaan mengubah-ubah formasi itu berujung bencana di kompetisi Eropa. Salah satunya ketika mereka memainkan leg kedua semifinal Liga Champions, melawan Real Madrid. Guardiola memainkan formasi 4-2-4 yang terlihat bagus, tapi memberi kekosongan di lini pertahanan dengan dua gelandang dan dua wingbacks selalu tertinggal saat berlari mundur. Mereka dihabisi oleh Real Madrid dengan skor telak 0-4 di Allianz Arena pada akhir April 2014.
Padahal tim Bundesliga itu hanya menderita kekalahan satu gol di Bernabeu untuk leg pertama, tapi malah dihabisi dengan empat gol di depan pendukungnya sendiri.
Kebiasaan Baru Guardiola Saat Tandang di Liga Champions
Sang pelatih memiliki kebiasaan baru pada dua laga tandangnya di Liga Champions musim 2022/23 ini saat melawan Bayern Munchen dan Real Madrid.
Saat laga lawan Real Madrid di Bernabeu, 10 Mei 2023, ia memainkan formasi yang persis sama dari menit pertama sampai akhir, kebiasaan yang dilakukannya saat merasa puas dengan hasil imbang 1-1 di kandang pasukan Carlo Ancelotti itu.
Pep enggan melakukan pergantian pemain selama 90 menit, guna mencegah adanya kekacauan atau gangguan atas keseimbangan tim. Memaksa 11 anak buahnya di atas lapangan untuk memeras keringat sampai akhir, menjaga dominasi bola sedikit lebih unggul di atas Los Blancos, 57 banding 43, meskipun memiliki lebih sedikit percobaan gol, 10 banding 13.
Hasil 1-1 merupakan sukses besar dalam sudut pandang bahwa mereka mampu meredam kemampuan mencetak gol dari Vinicius Junior dan Karim Benzema. Leg kedua di Etihad kita sudah tau hasil akhirnya, kemenangan telak 4-0!!
Kecenderungan yang sama ia lakukan pada laga leg kedua perempat final, saat mereka tandang di Bayern Munchen, 20 April 2023. Sama juga, skor 1-1 yang memuaskan bagi Pep, setelah 3-0 dari leg pertama di Etihad.
Mengapa Kebiasaan Baru Guardiola Jadi Titik Lemah?
Karena kaki-kaki lemah para pemain Manchester City pada pertengahan sampai akhir babak kedua final Liga Champions akan ditandingi oleh lima pergantian pemain Inter. Simone Inzaghi sangat rajin dalam urusan pergantian pemain.
Pada tahap inilah Inzaghi diperkirakan akan memasukkan Romelu Lukaku untuk menggantikan Edin Dzeko. Lukaku memiliki kecepatan lari dan tubuh besar yang membuatnya tidak gampang dijatuhkan.
Itu akan menjadi salah satu taktik permainan Inter. Apalagi jika skor tetap bisa dijaga 0-0 atau 1-1 sampai setengah terakhir babak kedua. Sudah dipastikan City akan main jauh lebih ke depan, mencari gol kemenangan. Meninggalkan ruang kosong di setengah lapangan mereka sendiri yang menjadi area berlari Lukaku.
Selain Lukaku, masih ada Raoul Bellanova, Robin Gosens dan Joaquin Correa yang fresh guna menandingi permainan dominasi bola yang diterapkan City pada partai final.
Jika Gundogan dan Bernardo Silva Starter, Diprediksi Tak Ada Rotasi
Tanda-tanda akan semakin jelas Pep Guardiola enggan melakukan rotasi jika ia menurunkan Ilkay Gundogan dan Bernardo Silva sejak menit pertama. Dua playmaker dan gelandang andalannya.
Ilkay Gundogan adalah pahlawan City dalam final Piala FA, mencetak dua gol the Sky Blues. Sebaliknya, Bernardo Silva merupakan pahlawan dalam kemenangan 4-0 atas Real Madrid, mencetak dua gol.
Sementara Manchester City tidak melakukan pergantian, Inter akan secara maksimal memanfaatkan jatah lima pergantian guna mengungguli kaki-kaki lelah anak-anak Pep Guardiola.