Gila Bola – Pelatih PSG Luis Enrique mengulangi kesalahan yang sama seperti yang dilakukannya terakhir kali di Piala Dunia 2022 di Qatar. Ia bersikukuh dengan formasi dan strategi permainan, bahkan setelah timnya tertinggal dua gol di Liga Champions.
PSG kalah telak 4-1 di kandang Newcastle United tadi malam dengan gol-gol tuan rumah dilesakkan oleh Miguel Almiron, Dan Burn dan Sean Longstaff, sebelum Lucas Hernandez membalaskan satu gol bagi raksasa Perancis itu, hanya untuk melihat the Magpies menjauh dengan empat gol jelang akhir oleh Fabian Schar.
Jika Anda menonton langsung permainan Grup Neraka ini, Grup F, maka terlihat Luis Enrique masih tenang setelah tertinggal dua gol pertama. Ia bahkan tidak merasa perlu mengubah formasi bikinannya 4-2-4 yang menyebabkan dua gelandang mudanya Manuel Ugarte dan Warren Zaire-Emery dikeroyok tiga atau empat pemain Newcastle sekaligus di lapangan tengah.
Tidak Ada Suplai Bola ke 4 Pemain Depan PSG
Sebagai hasilnya suplai ke empat pemain depan terputus di tengah. Hampir tidak ada suplai sama sekali ke depan. Ditandai dengan serangan on target pertama Kylian Mbappe terjadi sekitar menit 85 sebelum pertandingan berakhir. Itu pun gagal menjadi gol.
Entah mengapa Enrique yakin sekali bisa memasang empat pemain depan sekaligus dan bermimpi bahwa banjir gol akan segera datang. Masalahnya, tidak ada suplai bola ke depan. Aliran si bundar dicegat oleh para pemain tengah tuan rumah, termasuk Bruno Guimaraes yang tampil sangat baik dan memperoleh rating 7,6, juga Fabian Schar dengan rating 8.
Hanya Ousmane Dembele saja yang sesekali mundur untuk menjemput bola. Tetapi pada intinya, tidak ada perubahan taktik permainan dengan si pelatih Spanyol sangat yakin bahwa strateginya akan berhasil.
Ini Seperti Tayangan Ulang Piala Dunia 2022 di Qatar
Luis Enrique yang keras kepala, tidak merasa harus mengubah taktik permainan, itu mirip dengan apa yang ditampilkannya pada pertandingan timnas Spanyol terakhir di bawah arahannya di Qatar. Masih ingat?
Selama laga kontra kuda hitam Maroko pada 6 Desember 2022 di Education City Stadium di Al Rayyan, La Roja memainkan bola ke kiri, ke kanan, ke tengah, gagal. Ulangi lagi. Yang penting terus mendominasi bola.
90 menit berlalu tidak ada gol, tidak ada perubahan taktik permainan. Mendekati akhir perpanjangan waktu 120 menit, juga tidak ada perubahan.
Enrique sama sekali tidak mengubah taktik permainan, misalnya memerintahkan anak buahnya untuk mencoba bola-bola atas, umpan tarik, crossing jarak jauh atau semacamnya.
Pada akhirnya laga harus diselesaikan melalui adu penalti dan kita sudah tahu hasil akhirnya, Maroko melaju ke semifinal, sementara La Roja pulang kandang dan Enrique mundur beberapa hari setelahnya.
Ada kepercayaan semu atau ilusi dalam diri bekas pelatih Barcelona ini bahwa kalau sebuah tim mendominasi bola secara terus menerus, gol sudah pasti datang. PSG memang mendominasi bola. Sampai mendekati 70 persen selama 90 menit, tetapi hanya di setengah lapangan sendiri.
Dominasi sebesar itu tidak ada gunanya karena tidak berujung peluang, serangan berbahaya dan semacamnya. Hanya ada dua serangan on target ke gawang Nick Pope, satu berujung sundulan Lucas Hernandez yang menjadi gol, satu serangan Mbappe jelang akhir tanpa gol.
PSG di Liga Perancis bahkan tidak masuk empat besar. Mereka saat ini menghuni posisi kelima klasemen sementara Ligue 1 setelah tiga hasil imbang, tiga kemenangan dan satu kekalahan.