Gila Bola – Real Madrid kalah 3-0 lawan musuh besarnya Barcelona, ya itu kita sudah tahu. Kini kita akan memetakan apa saja sih pekerjaan rumah yang masih harus diselesaikan Carlo Ancelotti sebelum ia kabur melarikan diri menjadi pelatih timnas Brasil, pertengahan 2024.
Skor 3-0 tidak mencerminkan situasi di atas lapangan laga El Clasico di AT&T di Arlington, Amerika Serikat. Anak-anak Los Blancos main menyerang, menekan di setengah lapangan lawan, rajin menjelajah, tetapi tiga kesalahan kecil berujung kekalahan.
Inilah tiga masalah yang harus diselesaikan oleh sang manajer Los Blancos. Satu menyangkut siapa pengambil tendangan penalti. Kedua, bagaimana memanfaatkan atau mengubah momentum serangan menjadi gol. Ketiga, bagaimana memperbaiki situasi pertahanan.
Siapa Seharusnya Eksekutor Penalti Real Madrid?
Usai permainan Ancelotti memastikan bahwa ada tiga eksekutor penalti Los Blancos. Mereka adalah Luka Modric, Rodrygo dan Vinicius Junior. Jadi, kita masih akan tetap menyaksikan pemain muda Brasil 23 tahun itu mengambil penalti.
Kritikus melontarkan pendapat bahwa Vinicius terlihat tidak cukup percaya diri sebelum mengambil tendangan penalti pada menit ke-20 laga El Clasico tersebut, hanya mundur sedikit saja saat mengambil ancang-ancang dan mengarahkan si bundar ke bagian atas gawang Marc-Andre ter Stegen.
Banyak yang menyarankan agar pengambil tendangan penalti diberikan pada pemain senior seperti Toni Kroos, namun dalam hal ini posisi Ancelotti sebagai calon pelatih timnas Brasil menyebabkan adanya konflik kepentingan.
Ia pasti akan tetap memelihara Vinicius sebagai salah satu eksekutor Los Blancos guna melatihnya untuk menjadi pengambil sepakan penalti serupa di skuad Selecao saat ia masuk sebagai manajer tim pada 2024.
Usai pertandingan, Ancelotti memuji sepakan penalti Vinicius sebagai “tendangan bagus”, yang ia ketahui akan membangkitkan semangat si pemain. Selaku pelatih tua ia pasti tahu tidak ada gunanya menghancurkan kepercayaan diri pemain 23 tahun itu.
29 Percobaan Gol, Tapi Real Madrid Nihil Gol, Bagaimana Itu Bisa Terjadi?
Ya, kita juga sama bingungnya dengan Ancelotti. Para pemain Los Merengues sudah bermain sesuai instruksi pelatih, melepaskan 29 percobaan gol dengan tujuh di antaranya tepat sasaran ke gawang Marc-Andre ter Stegen. Bagaimana mungkin tidak satu pun berujung gol?
Mungkin ini yang namanya sial. Vinicius menghantamkan bola ke mistar gawang pada tendangan penalti menit 20. Ia mengulanginya lagi pada menit 38 dari sebuah serangan open play, sebelum Jude Bellingham juga menghantam tiang saat menyundul bola rebound. Lalu satu kali lagi Vinicius dihalangi tiang gawang jelang akhir pertandingan.
Secara momentum, Real Madrid sudah benar dengan 29 percobaan gol, dominasi bola sampai 52% dan tujuh serangan on target.
Hal ini mungkin sangat dipengaruhi oleh cara bermain Blaugrana. Di bawah Xavi, mereka menjadi lebih pragmatis. Tidak harus melulu maju ke depan. Seperti terlihat dari permainan selama 5 menit pertama, Barca memainkan bola di sisi kanan, mundur ke belakang yang bahkan melibatkan Ter Stegen sebagai salah satu bek tengah.
Bagaimana Real Madrid Tidak Tertipu Gaya Permainan Barca
Ruang kosong di sisi kanan pertahanan Los Blancos, misalnya. Terjadi ketika Barca berkonsentrasi mengumpulkan semua pemainnya di sisi lain lapangan, melibatkan tujuh pemain. Menyebabkan Frenkie de Jong memiliki kesempatan mengumpan ke Alejandro Balde.
Ini merupakan jenis pertahanan yang harus diperbaiki oleh Ancelotti. Jangan sampai masuk ke dalam jebakan Barcelona, atau tim lain manapun, guna menciptakan ruang kosong bagi lawan.