Ada perbedaan jelas dari skuad Chelsea sebelum menit 35 dan sesudahnya, yakni saat Mateo Kovacic masuk ke lapangan untuk menggantikan Marc Cucurella. Penampilan the Blues lawan Manchester United langsung membaik. Lihat datanya.
Sebelum menit 35, xG atau harapan gol tuan rumah hanya 0,02. Kecil sekali. Sesudah kedatangan Kovacic, xG the Blues langsung naik menjadi 1,35 meski pun yang menjadi kenyataan gol hanya satu, melalui titik penalti oleh Jorginho menit 87.
Tapi yang sangat terlihat dalah “field tilt”, yaitu ukuran sebuah tim melakukan serangan atau tidak. Field tilt mengukur dominasi bola dalam bentuk passing dan sentuhan pada bola di sepertiga akhir lapangan setiap tim, untuk melihat apakah dominasi bola hanya sekedar agar dominan saja atau memang berujung serangan di pertahanan lawan.
Persentase field tilt pasukan Graham Potter naik dari 40,0% selama 35 menit pertama menjadi 59,7 persen usai Mateo Kovacic masuk pada menit 35 tersebut. Sebaliknya, field tilt Manchester United turun dari 60,0% menjadi 40,3 persen setelah masuknya pemain Kroasia 28 tahun tersebut.
Hal penting lain yang terjadi adalah naiknya garis pertahanan Chelsea. Sebelum menit 35, tuan rumah berada dalam tekanan berat tim tamu dan hanya memiliki garis pertahanan rata-rata 38,4 meter dari garis gawangnya. Sangat dekat. Kurang dari garis setengah lapangan yang panjangnya 50 meter, kurang lebih.
Sebaliknya setelah masuknya bekas gelandang Inter Milan dan Real Madrid itu, garis pertahanan the Blues naik menjadi 45,8 meter. Artinya, gerakan untuk memulai pertahan sudah dimulai saat bola sedikit melewati garis setengah lapangan. Sebaliknya Setan Merah menderita garis pertahanan lebih pendek usai masuknya Kovacic, dari 43,7 meter menjadi hanya 32,7 meter.
Saking hebatnya kontribusi Kovacic, ia merelakan jersey dan celananya diberikan bagi pendukung Chelsea usai peluit panjang ditiup. Hanya menyisakan sedikit untuk menyelamatkan kehormatannya.
Kovacic, our naked man pic.twitter.com/leM7T85ZMh
— Katie (@Katiefrostttt) October 22, 2022