Satu-satunya berita positif Liverpool pada pertandingan di Nottingham Forest adalah kembalinya Alex Oxlade-Chamberlain sebagai pengganti untuk Roberto Firmino. Tapi ya hanya itu. Sisanya, berita kekalahan ketiga musim ini.
Jurgen Klopp mungkin akan menyesali keputusan memberi starter bagi James Milner. Sang pemain senior itu gigih dan antusias, tapi kehilangan kreatifitas dalam menembus lini pertahanan Forest yang bertahan secara keras kepala dan menimbulkan rasa frustrasi bagi tim tamu.
Baru setelah Trent Alexander-Arnold masuk, terdapat dua-tiga peluang dengan crossing dari sisi kanan lapangan yang tidak terjadi selama Milner di atas lapangan, selain satu peluang gol dari sundulan kepala pada menit 85.
Klopp juga memasukkan Jordan Henderson guna menggantikan Fabio Carvalho yang terlihat bermain secara naif di lini depan, sebelum memutuskan memberi menit bermain bagi Oxlade-Chamberlain, sembari berharap ada keajaiban dibawa oleh sang pemain yang sudah absen sejak cedera pada musim panas lalu.
Anda hanya perlu melihat data pertandingan untuk tahu bahwa Nottingham Forest di bawah Steven Cooper berhasil menemukan formula yang tepat untuk membungkam the Reds. Dominasi bola 24% banding 76%, tapi coba lihat percobaan gol 10 banding 14! Tidak berbeda jauh. Jadi, apa gunanya berlelah-lelah dengan penguasaan bola yang begitu jauh?
Belum lagi serangan tepat sasaran ke gawang Alisson Becker yang mencapai TUJUH kali selama 90 menit, berbanding hanya enam oleh tim tamu, menandai kemampuan pelatih Wales itu membaca cara bermain Liverpool dan menghancurkan dominasi bola dengan cara bertahan rapat, kompak, tidak mengizinkan bola masuk ke dalam kotak penalti.
Saat kick-off di City Ground ini dimulai, Forest adalah tim paling bawah di klasemen sementara Liga Inggris dengan 7 kekalahan, 3 kali imbang dan hanya satu kemenangan, melawan West Ham pada 14 Agustus lalu. Kini koleksi kemenangan mereka bertambah satu lagi, lawan the Reds.
Kata-kata Jurgen Klopp bahwa mereka bukan lagi tim yang akan bersaing memperebutkan gelar juara Liga Inggris terlihat seperti self-fulfilling prophecy. Tertinggal di urutan 11 dengan koleksi hanya 16 poin saja, sudah menderita tiga kekalahan, selain empat kemenangan dan empat imbang.